Sabtu pekan lalu, ada kejadian menarik yang kualami. Dari sini bisa diambil pelajaran kalau kita benar-benar memiliki keyakinan, Allah pasti akan memberikan jalan keluar. Berikut ceritanya;
Sabtu, 14 April 2012
Sejak pagi, aku tidak ada jadwal kemana-mana alias mendekam di rumah. Namun bukan berarti aku menganggur. Ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan. Baru sekitar pukul 10 aku keluar pergi ke Uranus untuk refreshing. Kali aja ada buku yang cocok dibeli.
Sampai di Uranus, aku berkeliling. Tujuan pertamaku adalah bagian buku-buku Islam. Aku tak tahu buku apa yang mau kubeli. Tapi aku terus saja melangkah menelusuri judul demi judul buku, meskipun sebagian besar sudah tak asing lagi di mata. Sekitar 20 menit berkeliling, sampailah aku di rak sebelah barat di dekat search engine (komputer). Di tempat itu aku menemukan buku baru berwarna hijau, judulnya Warnai Dunia dengan Menulis karya M. Anwar Djaelani. Bukunya tidak disampul plastik, sehingga aku bisa membaca isinya.
Sepintas membaca tidak ada yang istimewa, sampai ketika aku membaca biodata penulis. Ternyata penulis -Pak M. Anwar Djaelani- adalah alumni Unair (FH dan PPs). Beliau dulu juga aktivis LDK Unair. Ketika melihat foto beliau, aku baru sadar kalau ternyata aku pernah melihat beliau beberapa kali di agenda Temu Tokoh; Dr. Adian Husaini dan Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi. Kedekatan Pak Anwar dengan dua tokoh nasional itu tidak lepas dari aktivitas beliau sebagai peneliti InPAS (Institut Pemikiran dan Peradaban Islam) Surabaya.
Setelah beberapa kali menimbang, aku memutuskan untuk membeli buku itu. Bukan karena bukunya, tetapi lebih karena penulisnya, Pak Anwar, adalah alumni Unair dan tinggal di Surabaya. Mengapa hal itu membuatku tertarik? (1) Mudah disilaturahimi untuk diajak berdiskusi, (2) secara psikologis muncul kedekatan, karena sama-sama dari Unair dan sama aktif di LDK-nya. Aku pun bertekad setelah itu akan mencari nomer HP beliau untuk langsung menghubungi mencari waktu untuk bertemu.
Aku mendapatkan nomer beliau dari Mbak Asih. Saat itu aku baru sampai di masjid Nuruzzaman untuk menunaikan shalat Zhuhur. Setelah shalat dan berdzikir, aku pergi menepi ke dekat tembok menemui seorang kawan dan mengobrol sejenak. Karena kawanku itu membaca buku, aku pun langsung mengambil buku yang baru kubeli dari tas kresek. Kubaca bagian awalnya, mulai dari pengantar Dr. Adian Husaini dan pengantar penulisnya sendiri. Selesai itu aku membuka HP untuk sms Pak Anwar.
Kira-kira sms yang kuketik bunyinya, "Assalamu'alaikum. Benar ini dengan Pak Anwar Djaelani? Perkenalkan saya Gading..." Sampai di situ aku berhenti mengetik. Perlu susunan kata yang pas untuk menghubungi orang penting. Aku pun mencoba mencari inspirasi dengan mengedarkan pandangan ke penjuru masjid.
Aku tertegun ketika mataku menangkap wajah sosok yang cukup kukenal. Seorang tokoh kenamaan, Direktur ISID Gontor, Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi. Beliau ada di Masjid Nuruzzaman!!! Kulihat ada dua orang lagi yang duduk di dekatnya. Yang pertama dr. Abdul Ghofir, Sp.PD, ketua InPAS Surabaya, dan Pak Anwar Djaelani!! Ternyata orang yang akan ku-sms ada di depan mataku. Subhanallah! Aku pun mengurungkan niat untuk sms beliau. Aku memilih menunggu obrolan ketiga orang yang duduk sekitar 8 meter di hadapanku selesai.
Sekitar 5 menit berselang, ketiga orang itu bangkit dari duduknya. Dr. Hamid dan dr. Abdul Ghofir pergi ke depan, dan Pak Anwar menuju ke belakang. Tanpa pikir panjang aku mengejar Pak Anwar. Ketika sudah di dekat beliau aku menyapa, "Pak Anwar!", beliau menjawab, "Ya!"
Aku tak bisa membayangkan raut mukaku saat itu. Aku pun tak mau mengingatnya. Yang pasti gak karu-karuan karena campur baur antara perasaan ndredeg, semangat, senang, dan sedikit takut. Yang kuingat aku langsung mengeluarkan dan menunjukkan buku yang baru kubeli kepada beliau. Beliau terkejut, dan bertanya belinya dimana, harganya berapa? Aku pun menjawab sebagaimana mestinya. Setelah itu beliau mengajakku pergi ke Workshop Islamic Worldview yang narasumbernya Dr. Hamid. Karena tidak ada jadwal yang urgen, aku mengiyakan saja. Sambil jalan kami mengobrol banyak hal.
Tak kuduga, setiap kata-kataku ditanggapi dengan antusias oleh Pak Anwar. Beliau bahkan sering bertanya dan memberikan dorongan, sehingga interaksi dua arah berjalan seimbang. Sikap seperti ini jarang kutemui pada orangtua kebanyakan. Obrolan kami tak lepas dari masalah tulis menulis, karena memang itulah yang kucari.
Banyak pelajaran yang bisa kupetik dari pertemuanku dengan Pak Anwar sore itu, antara lain; (1) Silaturahim memang membawa berkah rezeki, dalam konteks ini adalah beberapa ilmu tentang menulis dan tiket ikut workshop Dr. Hamid gratis [meski hanya dapat 1 dari 4 materi yang ada]. (2) Perlu ada keberanian untuk memulai interaksi dengan orang-orang penting, setelah itu semuanya akan berjalan mudah. (3) Aku semakin bersemangat untuk menulis.
Semoga menginspirasi!
No comments:
Post a Comment