Materi oleh. Tim
MHMMD
Ringkasan oleh. Gading Ekapuja
Aurizki (NIP 0604756)
Apakah
sudah terbayang di benak Anda apa yang akan Anda lakukan 1, 5, 10, 20, atau 50 tahun
ke depan? Jika belum, tahukah Anda ada ungkapan “If you fail to plan, you are planning to fail” (Kalau Anda Gagal
Berencana, Anda Berencana untuk Gagal)?
Urgensi
untuk merencanakan kehidupan sama dengan urgensi kehidupan itu sendiri. Karena setiap
rencana yang kita buat, menjadi navigator bagi kehidupan kita. Orang yang tidak
merencanakan hidupnya akan terombang-ambing penuh ketidakpastian di tengah dunia
yang semakin menggila. Sebaliknya, orang yang merencanakan hidupnya hingga detail
akan memiliki menjalani hidup dengan penuh kepastian. Untuk itulah, kita perlu merencanakan
hidup kita. Dengan merencanakan hidup kita, mulai dari cita-cita, capaian, pendidikan,
keluarga, dan lain sebagainya, kita akan “sampai di tujuan, sebelum berangkat”.
Rencana
yang kita buat tidak boleh sembarangan. Memang, kita boleh bermimpi setinggi-tingginya.
Namun mimpi itu harus berpijak pada bumi, alias realistis. Sesuai dengan potensi
dan peluang yang kita miliki.
Dalam
pelatihan MHMMD, sebelum kita merencanakan hidup, kita diminta untuk mengaudit potensi
diri kita. Kekayaaan, keunggulan, dan keunikan diri dieksplorasi sedemikian rupa
sehingga kita memahami gambaran diri kita saat ini.
Setelah
itu, kita diminta untuk memandang masa depan dengan segenap peluangnya. Saat itu
kita diajak untuk melihat gambaran orang sukses di masa depan, yakni orang yang:
(1) Berpengetahuan; (2) Berketerampilan; (3) Memiliki jaringan; dan (4) Memiliki
jiwa luhur dan bermoral.
Selanjutnya,
kita diminta untuk melihat peluang bidang dalam kehidupan kita. Diutamakan yang
sesuai dengan bidang yang ditekuni saat kuliah. Dengan peluang bidang ini diharapkan
kita menjadi seorang professional yang bisa meninggalkan legacy (jejak) di kehidupan kita. Selain itu, dengan pemetaan peluang
masing-masing bidang diharapkan kita bisa menemukan inovasi dalam mengelola potensi
sumber daya di Indonesia.
Bunda
Marwah Daud menjelaskan bahwa Indonesia adalah surganya bahan baku. Tetapi karena
minim inovasi, bahan baku tetap menjadi bahan baku. Tidak seperti negara-negara
maju yang mengolah bahan baku menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual. Kita
bisa mengambil contoh buah kakao. Indonesia memiliki banyak perkebunan kakao, tetapi
kenapa Indonesia tidak terkenal dengan produk coklatnya? Justru Amerika, Swis, dan
beberapa negara maju yang tidak punya ladang kakao terkenal dengan produk coklatnya.
Itu karena kita minim inovasi.
Yang
terakhir, setelah mengetahui potensi, gambaran masa depan, dan peluang yang dimiliki,
saatnya membuat peta hidup. Peta hidup dibuat untuk menjadi navigator dalam kehidupan
kita. Dalam menuliskan peta hidup, kita diminta untuk membuatnya sedetail mungkin.
Agar setiap satuan waktu yang kita miliki telah kita rencanakan. Tahun, bulan, pekan,
hari, bahkan jam, menit, dan detik. Diharapkan kita mampu memproyeksikan masa depan
kita sendiri.
Setelah
peta hidup tertulis, tinggal kita bersiap untuk merealisasikannya. Bagaimana caranya?
“Yakinlah bumi Allah itu luas. Peluang tak
terhingga banyaknya. Kita harus siap belajar, berkunjung ke tempat yang mendukung
potensi kita.”
Semoga
rencana yang kita buat mampu mendukung terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan
bermartabat!
Wallahua’lam
bishshawab.. []gea
admin masih punya bukunya???
ReplyDelete