Oleh
Gading Ekapuja Aurizki
Ada
banyak cara untuk menghargai orang-orang yang telah berjasa kepada bangsa ini.
Salah satunya adalah dengan memberikan mereka gelar kepahlawanan. Itulah yang
terjadi pada Dwi Tunggal, Soekarno-Hatta. Dua tokoh tersebut pada peringatan
Hari Pahlawan tahun ini diberi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah. Terkait
pertanyaan mengapa baru diberikan sekarang, hal itu bukanlah hal yang perlu
dibesar-besarkan. Justru gelar kepahlawanan yang baru disematkan kemarin tak bisa
dibandingkan dengan besarnya pengaruh pemikiran kedua tokoh tersebut bagi masyarakat.
Karena gelar hanyalah simbol. Paling banter
ia akan menambah dua foto di antara deretan foto-foto pahlawan nasional yang
tercetak di buku-buku ilmu pengetahuan umum. Selebihnya, orang akan lupa. Namun
pengaruh dan pemikiran akan terus melekat di benak banyak rakyat Indonesia.
Tanpa
gelar pahlawan nasional pun sudah banyak orang yang berpegang teguh mengamalkan
ajaran dua tokoh tersebut. Itu menandakan pengaruh dan pemikiran mereka cukup
kuat, meskipun sudah berpuluh tahun wafat. Kontribusi mereka akan terus
dirasakan, bahkan bisa mengabadi menjadi ruh kehidupan berbangsa dan bernegara
republik ini. Dan itulah yang wajib kita lanjutkan, bukan sekedar berdebat
panjang tentang gelar kepahlawanan. []
_________________
Tulisan ini adalah karya yang dikirim untuk dimuat di rubrik Kompas Kampus hari Selasa, 20 Nopember 2012 dengan tema pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soekarno-Hatta yang terkesan terlambat. Tulisan tidak dimuat.
No comments:
Post a Comment