Empat tahun lalu, ketika saya masih duduk di kelas 2 SMA, ada hal
menarik yang masih saya ingat hingga kini. Itu tentang dua negara
penjajah, Belanda dan Inggris.
Saat itu saya membaca hasil tes tulis salah seorang adik kelas untuk seleksi calon Putra-putri Smaga. Yang saya ingat ada pertanyaan tes tulis yang berbunyi, "Jika kamu bisa mengubah masa lalu, apa yang bisa akan kamu ubah?"
Saya masih sangat ingat, adik kelas tersebut menjawab, "Membuat Indonesia dijajah Inggris (bukan Belanda --pen)." Saat membaca jawaban itu, pikiran saya langsung melayang ke negeri seberang, Malaysia. "Hmm.. Memang, negeri yang dijajah Inggris lebih maju ketimbang yang dijajah Belanda." nalar saya polos. Karena kepolosan saya itulah secara tidak langsung saya sepakat dengan jawaban tersebut. Waktu pun berlalu, dan kejadian itupun terlupakan begitu saja.
Beberapa hari yang lalu, saya membaca kumpulan pidato-pidato Bung Karno. Dari sana saya tersadar bahwa penjajahan tetaplah penjajahan. Terlepas soal makmur atau tidak negeri yang dijajahnya. Bahkan, pilihan untuk memakmurkan atau tidak negeri jajahan merupakan strategi negara penjajah. Tujuannya adalah sama-sama mengekploitasi negara jajahan mereka masing-masing.
India yang notabene negara jajahan Inggris memang sengaja dimakmurkan untuk tujuan ekploitasi. Saat itu di Inggris sedang terjadi industrialisasi besar-besaran. Inggris butuh pasar untuk melempar produk-produk mereka. Nah, ketika Inggris menjajah India, penduduk India diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan agar mereka makmur. Dari kondisi makmur itu Inggris berharap masyarakat India memiliki daya beli yang tinggi. Sehingga produk-produk Inggris bisa didatangkan ke India, dan mereka pun mendapatkan pasar yang bisa mereka keruk keuntungannya.
Berbeda dengan Belanda. Di Belanda saat itu belum terjadi industrialisasi. Belanda lebih suka membawa produk dari tanah air ke negerinya. Produk-produk seperti gula, rempah-rempah, teh, dsb. adalah produk yang disukai rakyat Belanda. Untuk mengolahnya, Belanda mendirikan pabrik-pabrik di Indonesia. Agar pabrik beroperasi, dibutuhkan tenaga kerja. Kalau bisa semurah mungkin. Latar belakang inilah yang Belanda tidak memberikan pendidikan kepada rakyat Indonesia. Itu agar mereka bisa menggaji rendah para pekerja yang tidak berpendidikan.
Nah, kalau sekarang kondisinya seperti apa? Kita dicerdaskan (model penjajahan Inggris), tapi tujuannya untuk bekerja pada "mereka" (model penjajahan Belanda).
Diskusi dapat dilihat di sini.
Saat itu saya membaca hasil tes tulis salah seorang adik kelas untuk seleksi calon Putra-putri Smaga. Yang saya ingat ada pertanyaan tes tulis yang berbunyi, "Jika kamu bisa mengubah masa lalu, apa yang bisa akan kamu ubah?"
Saya masih sangat ingat, adik kelas tersebut menjawab, "Membuat Indonesia dijajah Inggris (bukan Belanda --pen)." Saat membaca jawaban itu, pikiran saya langsung melayang ke negeri seberang, Malaysia. "Hmm.. Memang, negeri yang dijajah Inggris lebih maju ketimbang yang dijajah Belanda." nalar saya polos. Karena kepolosan saya itulah secara tidak langsung saya sepakat dengan jawaban tersebut. Waktu pun berlalu, dan kejadian itupun terlupakan begitu saja.
Beberapa hari yang lalu, saya membaca kumpulan pidato-pidato Bung Karno. Dari sana saya tersadar bahwa penjajahan tetaplah penjajahan. Terlepas soal makmur atau tidak negeri yang dijajahnya. Bahkan, pilihan untuk memakmurkan atau tidak negeri jajahan merupakan strategi negara penjajah. Tujuannya adalah sama-sama mengekploitasi negara jajahan mereka masing-masing.
India yang notabene negara jajahan Inggris memang sengaja dimakmurkan untuk tujuan ekploitasi. Saat itu di Inggris sedang terjadi industrialisasi besar-besaran. Inggris butuh pasar untuk melempar produk-produk mereka. Nah, ketika Inggris menjajah India, penduduk India diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan agar mereka makmur. Dari kondisi makmur itu Inggris berharap masyarakat India memiliki daya beli yang tinggi. Sehingga produk-produk Inggris bisa didatangkan ke India, dan mereka pun mendapatkan pasar yang bisa mereka keruk keuntungannya.
Berbeda dengan Belanda. Di Belanda saat itu belum terjadi industrialisasi. Belanda lebih suka membawa produk dari tanah air ke negerinya. Produk-produk seperti gula, rempah-rempah, teh, dsb. adalah produk yang disukai rakyat Belanda. Untuk mengolahnya, Belanda mendirikan pabrik-pabrik di Indonesia. Agar pabrik beroperasi, dibutuhkan tenaga kerja. Kalau bisa semurah mungkin. Latar belakang inilah yang Belanda tidak memberikan pendidikan kepada rakyat Indonesia. Itu agar mereka bisa menggaji rendah para pekerja yang tidak berpendidikan.
Nah, kalau sekarang kondisinya seperti apa? Kita dicerdaskan (model penjajahan Inggris), tapi tujuannya untuk bekerja pada "mereka" (model penjajahan Belanda).
Diskusi dapat dilihat di sini.
No comments:
Post a Comment