Wednesday, November 13, 2013

Jalur Kuning di Sepanjang Jalan Tokyo

Gading Ekapuja Aurizki

Jika Anda pergi ke Tokyo –dan mungkin kota lain di Jepang- sempatkan untuk memperhatikan jalan yang Anda lalui. Di sana Anda akan menemukan garis kuning selebar ±40 cm yang membentang sepanjang trotoar dari ujung ke ujung. Sepintas tidak ada yang istimewa dengan garis tersebut. Mulanya saya pun mengira begitu. Namun setelah tahu garis itu ada dimana-mana, saya mulai curiga. Pasti ada suatu maksud di balik keberadaan garis tersebut.

Pertama kali saya menyadari keberadaan garis tersebut ketika berada di Karuizawa, Nagano. Iseng-iseng saya coba berjalan di atasnya. Ketika diinjak, rasanya berbeda dengan ketika berjalan di luar garis. Ketika saya mencoba memejamkan mata, kaki saya merasakan ada sesuatu yang timbul. Saya mencoba berjalan di atas garis tersebut sambil tetap memejamkan mata, ternyata saya bisa berjalan beberapa langkah tanpa belok dengan tetap mengikuti pola timbul yang saya rasakan lewat telapak sepatu. Saat itulah saya bisa menerka kalau garis ini adalah untuk para orang yang tidak bisa melihat, atau penglihatannya terganggu.

Ketika kembali di Tokyo, saya semakin heran karena garis ini ada di semua lokasi publik, mulai dari trotoar jalan besar, pinggir rel metro/kereta, counter penjualan tiket, toilet, sampai melewati gate khusus orang dengan mobilitas terbatas. Untuk membedakan antara garis yang berjalan lurus dengan garis sebagai peringatan berhenti pola garisnya dibuat khusus. Garis panjang untuk jalan lurus, dan bulatan-bulatan untuk berhenti atau belok, dengan begitu orang yang buta bisa waspada kapan mereka harus berjalan dan kapan harus berhenti. Bahkan agar berhati-hati, di depan zebra cross atau di pinggir rel kereta pola bulatan-bulatan dibuat banyak dan lebih lebar.

Pelajaran apa yang bisa kita petik dari fakta di atas? Saya menarik kesimpulan bahwa Jepang sangat memperhatikan kebutuhan warganya, meskipun mereka cacat. Garis kuning tadi hanyalah satu di antara sekian banyak perhatian pemerintah Jepang terhadap rakyatnya. Ada lagi yang lain misalnya aksara Braille di berbagai fasilitas publik, katrol untuk mengangkut kursi roda menaiki tangga, panduan menyebrang di lampu lalu lintas, dan lainnya. Sebenarnya sebelum ini saya juga mendapati hal serupa di Belanda. Di negeri kincir angin, ketika lampu hijau menyala akan dibarengi dengan suara “tok..otok..otok..otok….” dengan frekuensi tinggi dan cukup keras, sehingga orang yang buta tahu saatnya menyebrang.

Jepang adalah negara maju, pun dengan Belanda. Dua negara itu sangat memperhatikan kebutuhan setiap warga negaranya. Mungkin kita berdalih, “karena mereka negara maju makanya bisa memenuhi kebutuhan setiap warga negara.” Jika logikanya dibalik bagaimana? Mereka menjadi negara maju karena benar-benar memperhatikan kebutuhan warga negaranya. Kebutuhan warga negara terpenuhi, produktifitas dalam negeri meningkat, ekonomi menguat, kemajuan negara pasti didapat. Wallahua’lam bishshawab.

Diskusi bisa dibaca di sini.

Saturday, October 5, 2013

Kutakutkan Malam

Oleh: Permata Pertama

Wahai jiwa, pernahkah kau takut akan datangnya malam?
Malam yang menyudahi aktualisasi dan aktivitasmu,
Malam yang membuka tabir antara realitas dan lamunanmu,
Malam yang menandai berkurangnya jatah harimu,
Malam yang engkau pun tak tahu harus berbuat apa,
Hingga sekelompok orang di belahan bumi sana menghabiskannya dengan berpesta pora..
Apakah kala itu mereka bahagia?
Tidak!
Sesungguhnya mereka hanya takut datangnya malam.
Mereka takut munculnya bayangan tentang kematian.
Mereka takut..
Mereka takut..
Mereka takut..
Apakah kau juga takut?
Dulu aku pun juga takut..
Kini?
Terkadang saja, kala hariku terbuang sia-sia

Sunday, September 1, 2013

Antara The Alchemist dan Kisah Sang Penandai

Setelah membaca The Alchemist - Paulo Coelho, jadi bisa menebak dimana Tere Liye dapat inspirasi untuk menulis Kisah Sang Penandai..soalnya dua cerita ini sedikit mirip2..

Persamaan pertama, tokoh utamanya remaja yang beranjak dewasa. Di The Alchemist tokohnya Santiago, si penggembala sedangkan di Kisah Sang Penandai Jim, si pemain biola.

Persamaan kedua, dua tokoh ini melakukan perjalanan jauh. Di The Alchemist Santiago melakukan perjalanan untuk menemukan harta karunnya. Sedangkan di Kisah Sang Penandai, Jim melakukan perjalanan untuk menyelesaikan dongengnya. Dalam prosesnya keduanya juga mengalami maju mundur apakah akan menyelesaikan perjalanannya atau tidak.

Persamaan ketiga, terdapat tokoh bijak serba tahu yang mendorong kedua tokoh utama untuk melakukan perjalanan. Di The Alchemist tokoh bijak itu adalah Raja Melkisedek, sedangkan di Kisah Sang Penandai adalah Sang Penandai.

Persamaan keempat, seiring perjalanan kedua tokoh semakin bertambah kemampuannya dalam mengarifi hidup. Santiago dengan kemampuannya untuk membaca tanda-tanda, dan Jim dengan kemampuan bertarungnya.

Persamaan kelima, akhir kisahnya happy ending. Santiago mendapatkan harta karunnya. Jim dapat menyelesaikan mimpinya dan memperoleh kembali Nayla, kekasihnya.

Hanya menyimpulkan..

Sunday, July 28, 2013

Morsi

Presiden mana yang ketika dikudeta rakyatnya berbondong2 membela,
bahkan sampai harus mengorbankan nyawa?
Bukankah itu tanda rakyat cinta pada pemimpinnya?
Pemimpin seperti apa yang pantas dicintai rakyatnya hingga sedemikian rupa?
Saya kira untuk yang seperti itu tak cukup hanya sekedar pencitraan saja..
Kalau mau menurunkan tak cukup dengan kudeta..
Meski legitimasi saat ini tak sedang ada pada dirinya,

tapi legitimasi itu sudah terpatri kuat dihati rakyatnya..

‪#‎PrayForEgypt‬

Sunday, July 14, 2013

Toleransi

"Kalian tahu...betapa Islam, Kristen, dan Yahudi berada dalam ruang suka cita di negeri ini (Cordoba -red). Untuk beberapa lama. Urusan siapa yang benar dan siapa yang salah dengan keyakinan mereka itu tidaklah penting. Biarlah nanti setelah ajal menjemput terbukti sendiri siapa yang benar dan siapa yang salah. Selagi di dunia, kita tidak mengurusi hal semacam itu. Kehidupan sosial saat itu lebih mengedepankan persamaan yang bisa mempersatukan mereka, di atas perbedaan yang ada." (Sergio, Tour Guide Cordoba)

Dikutip dari "99 Cahaya di Langit Eropa - Hanum Salsabiela Rais"

Tuesday, May 21, 2013

Mentimun dan Berat Badan

Ada satu makanan yang sejak kecil saya hindari, yaitu MENTIMUN. Yang sering makan bareng dan mengamati kebiasaan saya makan mungkin sudah hafal, saya selalu menyisihkan makanan yang satu itu. Baik itu berupa lalapan, acar, maupun bentuk yang lain. Atau kalau tidak begitu menawarkan kepada yang lain untuk memakan jatah timun saya. Alasannya, pertama karena memang tidak suka, kedua karena takut kena darah rendah. Tahun 2008 saya sempat sakit 1 bulan karena kena darah rendah sehingga harus absen puasa Ramadhan 27 hari. Sejak saat itu timun jadi makanan yang paling saya hindari. Namun beberapa hari ini, saya mencoba lagi untuk memakannya. Beberapa kali makan siang saya memilih menu gado-gado, ketika makan penyetan pun lalapan timunnya juga saya makan, kemarin ketika makan mie ayam juga acarnya saya makan. Apa yang terjadi? Berat badan saya bertambah 2 Kg. Karena tidak percaya begitu saja, sehari kemarin saya rutin nimbang badan. Takut kalau penambahannya hanya semu. Biasanya BB nambah habis makan, setelah itu turun lagi. Tapi ternyata setelah dicek berkali-kali, BB saya tidak turun. Saya akan coba istiqomahkan, nanti kita lihat hasilnya. Mungkin ini pertanda bahwa saya harus mulai menyukai makanan-makanan -terutama sayur- yang selama ini tidak saya sukai. Semoga bisa istiqomah. Saatnya hidup sehat!

#QowiyyulJizm
#SaatnyaDapat4

Thursday, May 16, 2013

Tuhan pun Percaya Kepadamu

Manusia adalah tempatnya khilaf dan lupa, kita semua tahu itu. Kita juga menyadari banyak sekali kesalahan yang kita lakunya tiap harinya. Namun apakah itu mengurangi kemuliaan kita sebagai seorang manusia? Tidak! Kita teramat istimewa dibandingkan makhluk Tuhan yang lain. Itu tergambar dalam episode rencana penciptaan diri kita oleh Tuhan. Ketika itu Tuhan memaparkan rencananya kepada para malaikat. Namun malaikat justru mempertanyakan rencana tersebut. "Mengapa engkau hendak menjadi di muka bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau, dan menyucikan Engkau?" tanya malaikat heran. Tetapi apa kata Tuhan? "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Tidakkah engkau menangkap maksud jawaban itu? Tuhan dengan segala kuasa-Nya tahu bahwa kita memiliki kekurangan dan kelemahan, tapi Dia percaya kita dapat mengemban amanah sebagai wakil-Nya di muka bumi. Lantas, apakah kita akan menyia-nyiakan amanah itu dengan pesimis bahwa kita tidak bisa melakukan hal-hal yang besar? Atau menyambutnya dengan gembira dan optimis bahwa bersama-Nya semua akan mudah? Untuk itu, jangan lagi mengatakan, "Wahai Tuhan, aku memiliki masalah yang besar." tapi katakan, "Wahai masalah, aku memiliki Tuhan yang Maha Besar!"

#SaatnyaDapat4