Saturday, May 5, 2012

Cardiovascular System Model

Sebuah Model Kontribusi untuk Harakah Tarbiyah
Oleh Gading Ekapuja Aurizki

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS Fushshilat [41]:53)

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia. Dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS Al-‘Ankabuut [29]:43)
* * *
Dua ayat di atas merupakan landasan bagi saya untuk menulis artikel ini. Pada ayat pertama Allah Swt. menyebutkan akan memperlihatkan kekuasaan-Nya pada diri manusia sendiri. Ada bermilyar sel, saraf, pembuluh darah, organ-organ, dan proses fisiologis pada diri manusia, yang bisa dijadikan inspirasi untuk senantiasa mengagumi setiap ciptaan-Nya. Sampai ada yang mengatakan, “Barangsiapa mengenal dirinya, dia akan mengenal Tuhannya.”

Di dalam QS An-Nisaa ayat 56 tertulis bahwa Allah kelak akan memasukkan orang-orang kafir ke neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, maka Allah kan menggantinya dengan kulit lain supaya mereka merasakan azab. Belakangan diketahui bahwa lapisan di bawah kulit merupakan lapisan yang tidak ada sarafnya, sehingga orang dengan luka bakar berat justru tidak akan merasa sakit karena tak dapat menerima stimulus. Itulah yang membuat Allah mengganti kulit orang-orang kafir ketika mereka disiksa, “supaya mereka merasakan azab!”

Ayat kedua adalah satu dari sekian ayat yang menyebutkan tentang perumpamaan-perumpamaan (al-amtsal) di dalam Al-Qur’an. Allah Swt. menjadikan perumpamaan sebagai cara untuk memahamkan manusia terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di dunia, dan juga agar mereka memahami ayat-ayat-Nya.

Selain itu, permisalan atau analogi (qiyas) merupakan salah satu metode yang bisa digunakan manusia untuk merefleksikan kebenaran Ilahiyah dalam kehidupan mereka. Karena apa yang ada di alam semesta ini merupakan ayat-ayat kauniyah yang diciptakan oleh Allah untuk manusia agar mereka berpikir tentang kebesaran-Nya. Sehingga tidak boleh manusia mengambil perumpamaan dari alam semesta untuk memusuhi agama-Nya seperti yang dilakukan orang-orang kafir. Alih-alih memusuhi, menafikkan kenyataan bahwa Allah lah pencipta alam semesta ini merupakan tanda keroposnya iman seseorang.

Dalam QS Ibrahim, Allah Swt. mengibaratkan perumpamaan baik seperti sebuah pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Sedangkan untuk perumpamaan buruk yang dibuat oleh orang-orang kafir untuk memusuhi Islam, Allah Swt. mengibaratkannya sebagai pohon yang buruk yang telah dicabut akar-akarnya dari muka bumi dan tidak dapat teguh sedikitpun.

* * *
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan jamak ditemukan penemuan-penemuan yang terinspirasi dari organ makhluk hidup. Semisal sepatu renang yang terinspirasi sirip pada kaki bebek, helikopter yang terinspirasi lebah dan capung, kapal selam yang terinspirasi dari ikan paus, dan lain sebagainya. Namun kebanyakan inspirasi itu digunakan untuk pengembangan ilmu sains dan teknologi. Masih jarang ditemukan inspirasi organ makhluk hidup digunakan untuk prototype atau teori dalam logika sosial.

Dalam tulisan ini saya mencoba untuk menganalogikan proses fisiologis pada sebuah organ bernama jantung –beserta seluruh sistemnya- dengan logika pergerakan, dunia yang saat ini sedang saya geluti.

Mengacu pada dua ayat yang terlampir di atas, proses berpikir yang saya gunakan juga ada 2 (dua), yaitu; (1) kontemplasi; dan (2) analogi.

* * *
Kontemplasi

Semua pasti tahu jantung. Organ berukuran sekepalan tangan itu terletak di tengah rongga dada (cavum thorax) sedikit menjorok kiri. Ia dilindungi oleh tulang rusuk (costae) dan tulang dada (sternum). Di samping kanan-kirinya terdapat organ paru-paru (pulmo).

Sebagai salah satu organ inti dalam tubuh manusia, jantung akan terus-menerus berdenyut sepanjang waktu tanpa sekalipun berhenti (kecuali karena beberapa hal, semisal operasi jantung). Berhentinya denyut jantung bisa diartikan sebagai akhir hidup seseorang. Jantung bertugas mengantar darah kotor ke paru-paru untuk melakukan penukaran carbondioksida (CO2) dengan oksigen (O2). Ia juga bertugas mendistribusikan darah bersih hasil penukaran tersebut ke seluruh tubuh.

Darah yang didistribusikan ke seluruh tubuh tersebut membawa O2 ke jaringan-jaringan. O2 adalah unsur yang digunakan sel untuk melakukan metabolisme. Ketika sampai pada jaringan yang dituju, O2 akan berdifusi dari pembuluh darah ke sel bertukar dengan CO2 sisa metabolisme. Darah dari sel/jaringan ini kemudian kembali ke jantung untuk diantarkan ke paru-paru, kembali ke jantung, kemudian di distribusikan kembali ke seluruh tubuh. Begitu seterusnya. Inilah yang disebut sebagai sistem kardiovaskuler (cardiovascular system).

Untuk bekerja sedemikian keras, otot-otot jantung (myocard) juga membutuhkan “nutrisi” O2. Untuk mendapatkan “nutrisi” tersebut, jantung memiliki arteri koroner (coronary artery). Arteri koroner merupakan salah satu percabangan dari aorta (pembuluh darah terbesar), yang berfungsi untuk mendistribusikan darah dari jantung untuk jantung sendiri. Karena ukurannya sangat kecil, ia sangat rawan tersumbat oleh lemak (fat) atau gumpalan darah (blood clot). Jika ia tersumbat bisa menyebabkan penyakit jantung koroner (PJK).

Analogi

“Harakah adalah inti sebuah negara,” itulah salah satu kesimpulan yang muncul setelah saya membaca buku Dari Gerakan ke Negara karangan M. Anis Matta. Untuk mengurus negara yang sedemikian besar, butuh sebuah organ penggerak yang memotori seluruh aktivitasnya. Memang, pelibatan semua pihak diperlukan, tetapi saya meyakini satu hal: satu organ penggerak yang solid lebih baik daripada sepuluh organ penggerak yang rapuh. Dengan begitu, organ-organ lain bisa lebih fokus untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain yang masih menumpuk tak terselesaikan.

Sebagai sebuah inti, harakah tidak bisa hanya mengedepankan kepentingannya saja. Masih dalam buku Dari Gerakan ke Negara, M. Anis Matta menyebutkan ada tiga lapis kepentingan yang perlu diakomodasi ketika harakah mengelola sebuah negara; kepentingan pertama adalah kepentingan bangsa, kepentingan kedua adalah kepentingan umat Islam, dan kepentingan ketiga baru kepentingan harakah itu sendiri.

Jika prioritas kepentingan itu dihubungkan dengan manajemen sumber daya (terutama manusia/men), maka dapat dipastikan harakah tidak akan menumpuk kader-kadernya di struktur inti, melainkan mendistribusikannya ke instansi-instansi atau wajihah amal lain. Yang bekerja di struktur inti harakah secukupnya saja, yang penting efektif. Namun yang perlu dipastikan adalah sejauh apapun kader harakah berkontribusi di wajihah lain, maka harus dipastikan asupan “nutrisi” tarbawi-nya terpenuhi, dan ia juga tetap memiliki ikatan dengan harakah. Jika diperlukan, ia harus siap ketika ditarik untuk mengisi struktur harakah.

Di sadari atau tidak, pola gerakan seperti ini mirip (bahkan sangat mirip) dengan pola gerakan dalam sistem kardiovaskuler. Apa saja kemiripannya?

Pertama, jantung merupakan organ inti dalam tubuh manusia. Sangat cocok sebagai model harakah yang menjadi inti sebuah negara. Kecocokan lainnya dengan harakah adalah Allah menciptakan jantung sebagai organ yang senantiasa bergerak. Seseorang yang saya tanya tentang korelasi jantung dengan pergerakan pun menjawab senada. “Tiada henti bekerja.”

Kedua, jantung melalui aorta mendistribusikan sebagian besar darah ke seluruh tubuh. Sedangkan untuk keberlangsungan hidup jantung, hanya diperlukan porsi kecil yang diantarkan oleh arteri koroner. Harakah pun seperti itu. Untuk mengurus struktur harakah, sebagian orang saja cukup, tak perlu semuanya ada di dalam. Penggembungan struktur justru tak baik. Bisa-bisa kerja tidak efektif dan efisien. Kaidahnya, struktur sebuah harakah tak boleh lebih besar dari kontribusinya.

Ketiga, dalam sistem kardiovaskuler ada mekanisme yang membuat darah kotor menjadi darah bersih, yaitu melalui paru-paru. Selain itu darah yang usai beredar dari seluruh tubuh akan kembali ke jantung, masuk ke paru-paru, baru siap diedarkan lagi. Inilah siklus tanpa ujung yang menjadi role model alur komunikasi antara harakah dan tarbiyah. Keduanya mirip hubungan jantung dan paru-paru. Harakah menggerakkan, tarbiyah yang mensucikan.

Keempat, jika kader diibaratkan darah yang terdistribusi luas, maka kebaikan diibaratkan O2 yang dibawa oleh darah. Ia bermanfaat bagi masyarakat luas sebagaimana O2 bermanfaat bagi sel dan jaringan di seluruh tubuh. Ketika O2 telah terserap habis, maka ia tinggal kembali ke paru-paru atau tarbiyah berupa pertemuan pekanan, majelis ilmu, dan sebagainya.

* * *
 Beberapa hal di atas merupakan hasil kontemplasi-analogi yang saya lakukan. Terlepas dari kesalahan yang mungkin saya buat, kita harus yakin di balik alam semesta yang begitu luas ada tanda-tanda kebesaran Allah Swt. tak terkecuali yang ada pada tubuh kita sendiri. Akhirukallam.. terus belajar, keep hungry, keep foolish, untuk menjadi seorang ulul albab!


Sabtu, 5 Mei 2012
Kala adzan Shubuh berkumandang



*Gambar Jantung dan Arteri Koroner

No comments:

Post a Comment