Tuesday, July 24, 2012

Reformasi Sepakbola Indonesia, Sepakbola dan Martabat Bangsa

Materi oleh. Widjajanto (CEO Liga Primer Indonesia)
Ringkasan oleh. Gading Ekapuja Aurizki (NIP 0604756)

“Ada 2 (dua) momen lagu Indonesia Raya dihayati: upacara 17 Agustus dan saat pertandingan bola di stadion.” –Widjajanto, CEO Liga Primer Indonesia-

Sepakbola Indonesia perlu direformasi! Banyak hal dari persepakbolaan Indonesia perlu diperbaiki. Yang pertama dari segi anggaran. Dalam kurun waktu 8 tahun, setiap klub menghabiskan dana 20-40 Milyar/tahun dari APBD. Bahkan, ada sebuah daerah yang 60-70% APBD-nya digunakan untuk membiayai klub sepakbola. Ketergantungan sepakbola pada dana pemerintah akan memberatkan postur APBD, terlebih lagi dana yang besar itu digunakan untuk menggaji satu dua orang pemain “bintang” saja. Karenanya, klub sepakbola di Indonesia harus melepas ketergantungan dari dana APBD dan memiliki pendanaan mandiri, baik dari sponsor ataupun investor. Alhamdulillah, dengan usaha keras dari pihak PPSI, per-Januari 2012 kemarin klub bola profesional tidak lagi menggunakan dana APBD.

Kedua adalah dari segi kualitas pemain. Ada beberapa problem, antara lain: (1) Banyak pemain Indonesia yang hanya memiliki skill tanpa memikirkan intelegensia. (2) Fisik pemain yang di bawah rata-rata standar internasional. Volume Oksigen Maksimal (VO2 Max) pemain Indonesia rata-rata <50 ml/kg/min. Jauh jika dibandingkan pemain Jepang yang VO2 Max rata-rata 70 ml/kg/min.

Kualitas pemain bisa ditingkatkan dengan penerapan sport science. Jadi olahraga tidak sekedar menggerakkan tubuh atau sekedar bertanding, melainkan ada perhitungan-perhitungan yang ilmiah, terutama dalam hal gizi atlet, kapasitas tubuh mereka, kebugaran, dan sebagainya.

Dalam praktiknya, sport science akan sangat erat hubungannya dengan teknologi. Sudah banyak teknologi yang digunakan untuk pengembangan olahraga, khususnya sepakbola. Salah satu teknologi yang kini sedang banyak digunakan adalah Chamber Climate yang dimiliki Australia Institute of Sport (AIS). Chamber Climate merupakan suatu alat yang dapat mengukur kondisi fisik atlet. Cara kerjanya adalah dengan pengendalian suhu. Suhu dinaikkan atau diturunkan, kemudian alat mendeteksi ketahanan tubuh atlet.
Hal ketiga yang perlu diperbaiki adalah kualitas kompetisi. Masih sering ditemukan praktik-praktik suap di sepak bola Indonesia. Kode-kode wasit, pengaturan skor, dan yang paling fatal adalah dualisme kompetisi yang bergulir. Kualitas kompetisi ini penting untuk diperhatikan karena akan menentukan kualitas Tim Nasional kita. Dan kualitas Timnas menentukan martabat bangsa Indonesia di internasional. Merangkum semua itu, ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan dalam membangun persepakbolaan yang baik, yakni: (1) Fairness; (2) Transparency; (3) Strong National Team.
Memang, banyak masalah yang menerpa persepakbolaan Indonesia. Dualisme kompetisi seolah menjadi ajang “perang dingin” baru di Indonesia. Namun, 7 Juni 2012 kemarin telah berhasil terselenggara rekonsiliasi, dan tanggal 12 Juli 2012 ada pertemuan antara wakil ISL dan LPI. Pertemuan itu membahas tentang usaha “damai” antara kedua kubu, dan semuanya bersepakat untuk mengakhiri konflik. Resolusi yang ditawarkan adalah membentuk kompetisi dengan nama baru yang tindak cenderung ke satu kubu.
Satu pelajaran yang bisa kita petik, semua kembali ke ikhtiar kita dalam memperbaiki keadaan yang buruk. Selepas itu serahkan semuanya kepada Allah. Meskipun harus berpeluh-peluh, semua akan ada jalan keluarnya. Itu semua demi terbentuknya persepakbolaan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat!

Wallahua’lam bishshawab.. []gea

No comments:

Post a Comment