Monday, July 23, 2012

Kepemimpinan Profetik

Materi oleh. Bachtiar Firdaus, MPP 
Ringkasan oleh. Gading Ekapuja Aurizki (NIP 0604756)

Kita berada di PPSDMS, ada prestasi yang bisa kita dapatkan bersama. Menjadi mawapres, ketua organisasi, menjuarai lomba, student exchange ke luar negeri dan sebagainya. Tetapi ada satu yang tidak bisa “diimpor”, yaitu karakter!

Keberhasilan utama PPSDMS sebagai institusi pembinaan SDM strategis, bukan diukur dari seberapa banyak medali yang diperoleh pesertanya, atau dari seberapa banyak peserta yang exchange ke luar negeri, pun dari banyaknya jabatan puncak di kampus yang diperoleh. Bukan itu! Namun keberhasilan utama PPSDMS adalah ketika “asrama” menjadi pusat peradaban, menjadi markas pergerakan, menjadi inkubator pemimpin masa depan.

Pada dasarnya setiap orang berhak menjadi pemimpin. Hanya saja, kita lah yang beruntung bisa mendapatkan kesempatan untuk dibina di institusi profesional seperti PPSDMS. Karenanya kita harus serius menjalaninya. Jangan dikira setelah diterima di PPSDMS kita bisa tidur nyenyak. Tidak! Saat ini dipundak kita ada nasib umat Islam dan bangsa Indonesia.

Dengan beban sebesar itu, bukan sembarang pemimpin yang dicetak oleh PPSDMS. Kepemimpinan yang dianut PPSDMS adalah kepemimpinan model Rasulullah saw. atau yang lebih dikenal dengan kepemimpinan profetik (prophetic leadership). Prof. Dr. Kuntowijoyo memiliki definisi tersendiri untuk kata “profetik”. Mengambil intisari dari QS. Ali-Imron 110, beliau menyebut profetik memiliki 3 (tiga) misi: humanisasi, liberasi, dan transendensi.

Humanisasi adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Berusaha mengangkat derajat mereka dengan menyerukan risalah kebenaran. Liberasi adalah usaha membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia dan materi, menuju penghambaan kepada Allah. Sedangkan transendensi adalah usaha untuk menghubungkan dimensi kehidupan yang fana dengan dimensi ke-Ilahiah-an yang abadi. Serta usaha untuk menyadarkan manusia tentang esensi dan eksistensi ketuhanan.

Makna lain profetik bisa diperoleh dari intisari QS. Al-Baqarah 151, bahwasanya pemimpin profetik itu mengerjakan 4 (empat) hal: membacakan (ayat-ayat-Nya), mensucikan jiwa, memberi pengajaran, dan menguasai informasi dan dinamika kehidupan.

Dalam menerapkan misi atau kerja-kerja itu, pemimpin profetik memerlukan visi jangka panjang. Seorang pemimpin profetik harus memiliki prinsip dan fokus dengan apa yang ingin dicapainya. Ia tidak seperti bunglon, yang berorientasi menyenangkan hati semua orang. Bukan karena ia egois, tetapi ia memahami apa yang harus diambil untuk kebaikan bersama. Tidak sekedar mengikuti apa yang menurut orang lain baik.

Dan akhirnya, kita harus berusaha agar kepemimpinan profetik itu ada pada diri kita. Ini semua demi terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Wallahua’lam bishshawab.. []gea

No comments:

Post a Comment