Materi oleh.
Bachtiar Firdaus, MPP
Ringkasan oleh. Gading Ekapuja
Aurizki (NIP 0604756)
Kita berada di PPSDMS, ada prestasi yang bisa kita
dapatkan bersama. Menjadi mawapres, ketua organisasi, menjuarai lomba, student exchange ke luar negeri dan
sebagainya. Tetapi ada satu yang tidak bisa “diimpor”, yaitu karakter!
Keberhasilan utama PPSDMS sebagai institusi
pembinaan SDM strategis, bukan diukur dari seberapa banyak medali yang
diperoleh pesertanya, atau dari seberapa banyak peserta yang exchange ke luar
negeri, pun dari banyaknya jabatan puncak di kampus yang diperoleh. Bukan itu!
Namun keberhasilan utama PPSDMS adalah ketika “asrama” menjadi pusat peradaban,
menjadi markas pergerakan, menjadi inkubator pemimpin masa depan.
Pada dasarnya setiap orang berhak menjadi pemimpin.
Hanya saja, kita lah yang beruntung bisa mendapatkan kesempatan untuk dibina di
institusi profesional seperti PPSDMS. Karenanya kita harus serius menjalaninya.
Jangan dikira setelah diterima di PPSDMS kita bisa tidur nyenyak. Tidak! Saat
ini dipundak kita ada nasib umat Islam dan bangsa Indonesia.
Dengan beban sebesar itu, bukan sembarang pemimpin yang
dicetak oleh PPSDMS. Kepemimpinan yang dianut PPSDMS adalah kepemimpinan model Rasulullah
saw. atau yang lebih dikenal dengan kepemimpinan profetik (prophetic leadership). Prof. Dr. Kuntowijoyo memiliki definisi tersendiri
untuk kata “profetik”. Mengambil intisari dari QS. Ali-Imron 110, beliau menyebut
profetik memiliki 3 (tiga) misi: humanisasi, liberasi, dan transendensi.
Humanisasi adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Berusaha
mengangkat derajat mereka dengan menyerukan risalah kebenaran. Liberasi adalah usaha
membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia dan materi, menuju penghambaan
kepada Allah. Sedangkan transendensi adalah usaha untuk menghubungkan dimensi kehidupan
yang fana dengan dimensi ke-Ilahiah-an yang abadi. Serta usaha untuk menyadarkan
manusia tentang esensi dan eksistensi ketuhanan.
Makna lain profetik bisa diperoleh dari intisari QS.
Al-Baqarah 151, bahwasanya pemimpin profetik itu mengerjakan 4 (empat) hal: membacakan
(ayat-ayat-Nya), mensucikan jiwa, memberi pengajaran, dan menguasai informasi dan
dinamika kehidupan.
Dalam menerapkan misi atau kerja-kerja itu, pemimpin
profetik memerlukan visi jangka panjang. Seorang pemimpin profetik harus memiliki
prinsip dan fokus dengan apa yang ingin dicapainya. Ia tidak seperti bunglon, yang
berorientasi menyenangkan hati semua orang. Bukan karena ia egois, tetapi ia memahami
apa yang harus diambil untuk kebaikan bersama. Tidak sekedar mengikuti apa yang
menurut orang lain baik.
Dan akhirnya, kita harus berusaha agar kepemimpinan profetik
itu ada pada diri kita. Ini semua demi terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan
bermartabat.
Wallahua’lam bishshawab..
[]gea
No comments:
Post a Comment