Wednesday, December 5, 2012

Coaching

Alhamdulillah, pagi ini akhirnya bisa coaching lagi setelah hampir 2 bulan tidak coaching. Nyari jadwal coaching susah soalnya. Tapi yang mau saya bahas di tulisan ini bukan coachingnya, tetapi lebih ke esensi dari coaching itu sendiri.

Ketika saya ketik kata "coaching" di Google Translate yang muncul terjemahan "pembinaan". Kata itu bukan yang saya harapkan muncul karena maknanya terlalu umum. Tanda kalau Google tidak selalu mengerti apa yang kita harapkan. Bisa juga karena perbendaharaan kata bahasa Indonesia terlalu sedikit/umum untuk mengartikan sesuatu yang khusus dari bahasa asing. Yang saya maksud coaching di sini adalah gabungan antara consulting, controlling, dan coaching itu sendiri. Istilah coaching ini saya temukan di PPSDMS. Ia digunakan untuk memantau perkembangan peserta lebih mendalam oleh manager atau supervisor asrama. Idealnya dilakukan satu per-satu, dan biasanya memakan waktu 30-60 menit. Model coaching juga bisa ditemukan di halaqah/mentoring. Bedanya, di halaqah namanya sesi qadhaya dan rawa'i, sesi ketika kita menyampaikan masalah atau kabar gembira kepada murabbi, baik itu kita yang meminta atau murabbi yang bertanya. Sesi tersebut juga tidak dilakukan satu per-satu melainkan disaksikan oleh teman satu halaqah. Sesi ini biasanya yang dinantikan oleh para peserta halaqah, termasuk saya. Hehehe...

Coaching sangat berguna karena ia dapat mengembalikan semangat. Diri manusia itu seperti gentong berisi air. Jika gentong penuh dan airnya tidak segera diganti apa dampaknya? Lama-lama akan ada jentik nyamuk yang bersarang di sana, bukan? Kotoran-kotoran juga akan menumpuk. Untuk itu airnya perlu diganti. Begitu juga dengan manusia. Jika masalah -bahkan kabar gembira- tidak dishare ke orang lain, akan memenuhi ubun-ubun dan hanya akan membebani pikiran saja.
Ketika kita memiliki masalah perlu solusi, ketika mendapatkan prestasi perlu diapresiasi. Itulah fitrah manusia. Ini perlu diperhatikan oleh siapapun dan institusi apapun yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Setiap orang perlu diperhatikan, didengarkan keluhannya, diberi selamat atas keberhasilannya, dsb.

Agar coaching berjalan efektif, satu hal mutlak yang harus ada. TRUST.  Orang yang di-coaching-i (sebut saja: peserta) harus percaya kepada coach-nya. Pun coach-nya harus bisa meyakinkan peserta. Karena yang diharapkan dari coaching adalah kejujuran peserta untuk mengungkapkan segala informasi berkaitan dengan dirinya, sehingga coach dapat memberikan solusi atau apresiasi sesuai dengan porsi. Selain itu coach juga harus bisa bijaksana dalam menghadapi masalah si peserta tersebut. Ini untuk menjaga agar peserta nyaman dengan sang coach. Membuat nyaman tidak selalu mengiyakan apa permintaan peserta, tetapi setidaknya memahami dan mampu mengambil solusi dari sudut pandang dirinya sebagai peserta. Namun juga tidak selalu otoriter, seolah-olah peserta tidak memiliki opsi lain selain menjalankan apa yang telah dititahkan oleh coach tersebut. Kuncinya, saling memberikan kepercayaan.


"Berikanlah kepercayaan kepada orang lain, maka dia akan menghargaimu."

No comments:

Post a Comment