Menggagas KAMMI (di) Surabaya
Di
malam Kamis ini, izinkan saya untuk berbagi kegelisahan kepada kawan2
semua. Selama hampir 3 tahun di KAMMI, saya memandang bahwa ada tiga
daerah yang menjadi basis KAMMI. Tanpa mengecilkan daerah2 lain, tiga
daerah ini memang spesial dengan cirinya masing2.
Pertama,
Yogyakarta, tempat dimana Haryo Setyoko, Sekjend KAMMI pertama ditempa.
Dari sana pula lah filosofi gerakan KAMMI bermula. Ditambah dengan iklim
pergerakan yang masih cukup dinamis, saya menyimpulkan bahwa Yogyakarta
adalah basis pemikiran dan kajian strategis KAMMI.
Kedua,
Jakarta, yang menjadi rumah bagi Fahri Hamzah, deklarator KAMMI plus
Ketua KAMMI Pertama. Meskipun saat ini di UI tidak ada KAMMI -atau dalam
jumlah kecil-, namun Jakarta dengan universitas2 yang lain menjadi
tempat yang dekat dengan pusat kekuasaan. Jakarta kuat dalam hal
jejaring.
Ketiga, Malang, tempat KAMMI dideklarasikan. Meskipun
tidak termasuk kota besar, KAMMI memang tergolong istimewa. Menurut
informasi yang saya peroleh, setiap DM 2 yang diadakan Malang pesertanya
selalu mencapai 100 orang. Sangat banyak! Sehingga bisa dikatakan bahwa
Malang adalah basis pengkaderan KAMMI.
Dengan saya menyebutkan
tiga basis di atas tidak berarti saya ingin memecah2 KAMMI menjadi
faksi2. Sama sekali tidak. Saya hanya mencoba mencari rolemodel yang
tepat untuk KAMMI tempat saya saat ini bernaung, KAMMI Surabaya.
Tidak diragukan lagi, Surabaya adalah kota yang sangat strategis.
Mendapat sebutan Kota Pahlawan, Surabaya adalah kota terbesar kedua di
Indonesia dan memiliki posisi yang sangat strategis. Bahkan kalau boleh
dikatakan, dengan pertimbangan jarak dan jangkauan ke seluruh wilayah
Indonesia, Surabaya lebih pantas menjadi ibukota karena terletak di
tengah2 Nusantara.
Lalu apa hubungannya dengan KAMMI Surabaya?
Mungkin banyak di antara kita tahu, KAMMI Surabaya beberapa tahun ini
mengalami penurunan kontribusi. Mulai banyaknya permasalahan internal,
hingga menurunnya jumlah kader. Nah, dengan kondisi tersebut tentu
kontribusi KAMMI di Surabaya masih sangat jauh dari harapan. Meskipun
saya juga tahu bahwa rekan2 PD KAMMI Surabaya sudah berjuang keras
memaksimalkan segenap kekuatan yang dimiliki untuk mengoptimalkan
kinerja KAMMI di Surabaya.
Sebagai kader, saya justru mengharap
ke depan KAMMI Surabaya ini tidak hanya kembali sehat manajemennya.
Namun juga memiliki karakter dan spesialisasi seperti tiga daerah yang
saya sebutkan di muka. Apa yang spesial dari KAMMI Surabaya? Pengkaderan
kah? Pemikiran kah? Jaringan kah? Atau paling mungkin Sosmas kah, jika
mengacu departemen paling berkembang adalah LSO Lentera Harapan?
Wallahua'lam..
Tetapi sebelum kita memutuskan akan seperti apa
KAMMI Surabaya, kita perlu merumuskan karakter Kota Pahlawan yang tentu
berbeda dengan kota2 lain. Ada beberapa fakta yang perlu kita ungkap.
Saya akan mengungkapkan sedikit saja:
1. Surabaya adalah kota
dengan APBD terbesar di Indonesia. Sebenarnya Jakarta lebih besar,
tetapi karena Jakarta adalah provinsi, sehingga Surabaya menjadi kota
dengan pendapatan terbesar di negeri ini.
2. Surabaya adalah kota industri yang besar. Hal itu akan membuat jumlah buruhnya juga cukup besar.
3. Surabaya adalah kota yang penduduknya paling aktif mengikuti
kegiatan kemasyarakatan. Sehingga, orang Surabaya lebih banyak berada di
luar rumah dibandingkan di dalam rumah, (kalau yang ini pendapat teman
saya).
4. Surabaya memiliki basis pendukung fanatik Persebaya, yakni
BONEK MANIA. Dan siapa yang dapat memegang suporter fanatik, dia
memiliki pengaruh yang sangat besar.
5. dsb.
Dari beberapa informasi ini, adakah yang sudah terpikir ke mana sebaiknya KAMMI Surabaya menuju?
Jika belum, akan saya bagikan cerita yang saya dapat dua pekan lalu.
Saya mendengar dari salah seorang ideolog KAMMI, Pak Yusuf Maulana,
bahwa tempat penanamanan ideologi para aktivis buruh adalah di
Yogyakarta. Setelah itu para aktivis buruh itu dikirim ke daerah2,
utamanya Surabaya, Sidoarjo, dan sekitarnya yang memiliki basis buruh
yang cukup besar. Berbeda dengan Yogyakarta yang notabene bukan kota
industri dan memiliki sedikit gerakan buruh, Surabaya memang kota
industri yang jumlah buruhnya cukup besar. Sehingga tak heran kalau
Yogyakarta hanya sekedar menjadi tempat ideologisasi, bukan tempat
kontribusi.
Dari poin ini saya bisa menangkap bahwa Surabaya
memang memiliki ciri khas. Kita tidak bisa menyamakannya dengan Jakarta,
Yogya, Malang, atau kota2 lain. Sehingga, Surabaya membutuhkan gerakan
yang memang khas untuk Surabaya. Apa itu? Itu PR untuk kita semua.
* * *
Menyoal tentang MUKTAMAR VIII KAMMI yang akan diselenggarakan di
Surabaya tengah tahun nanti, awalnya saya cukup kaget. Dalam hati saya
berkata, "Masalah internal belum selesai kok berani mengambil event
besar?!" Ketika saya melontarkan isu ini ke beberapa orang kader di
komisariat, kurang lebih tanggapannya sama.
Tetapi saya yakin,
akh Decka selaku Ketumda tidak bertindak gegabah ketika mengambil amanah
besar ini. Saya berhusnudzan beliau punya rencana yang kami di
komisariat tidak mengetahui. Mungkin beliau ingin menjadikan momentum
Muktamar ini untuk kembali mensolidkan kader2 Surabaya.
Jika
selama ini "common enemy" yang dijadikan excuse/alasan atas lesunya
gerakan mahasiswa, maka beliau menghadirkan "common enemy" itu dalam
bentuk event besar yang perlu disukseskan. Kader KAMMI Surabaya harus
menyambut seruan itu. Khususnya kepada kader2 saya di Komisariat KAMMI
Airlangga.
* * *
NB: Di sini, saya memandang masalah
KAMMI Surabaya (sengaja tidak menyebutnya PD KAMMI Surabaya) sebagai
orang dalam sekaligus orang luar. Orang dalam sebagai kader yang aktif
di PK KAMMI Airlangga, tetapi tidak aktif di PD KAMMI Surabaya. Sehingga
jika mas Decka dkk tidak setuju dengan opini saya ini, silahkan. Saya
terbuka jika rekan2 memberikan kritik terhadap apa yang saya tulis.
Surabaya, 13 Februari 2013
No comments:
Post a Comment