Oleh Gading Ekapuja Aurizki
Ada sebuah pikiran yang sulit hilang
dalam benak saya dan itu seringkali mengganggu. Tidak hanya saat ini, namun
sepanjang waktu. Sejak masuk kuliah hingga semester IV ini saya masih sering
bertanya-tanya, “akan menjadi apa aku kelak?”.
Ketika orang lain sudah sibuk berpikir
bagaimana mewujudkan cita-cita mereka, saya sendiri belum memiliki keyakinan yang
kuat akan cita-cita saya sendiri. Jika sekedar cita-cita yang ditulis untuk
menjadi sebuah coretan di kertas saya punya. Tetapi kalau cita-cita yang
benar-benar saya hayati keberadaannya sebagai arah pengabdian saya nanti, saya belum
memilikinya.
Pikiran seperti ini tidak sama dengan
pikiran, “aku akan bekerja sebagai apa?” Pertanyaan “menjadi apa” menunjukkan
keumuman masalah namun menuntut adanya fokus yang spesifik. Jika melihat bidang
studi yang saya pelajari saat ini di keperawatan maka akan ada pertanyaan,
“perawat seperti apa?” dan “apa saja yang bisa saya berikan setelah menjadi
perawat seperti itu?”.
Itulah yang seringkali mengganjal.
Pasalnya, saya sendiri masih belum bisa yakin masa depan saya di dunia
keperawatan. Namun saya tidak ingin banting setir terlalu ekstrim setelah lulus, misalkan berwirausaha kuliner atau
menjadi teller bank. Ada tanggung
jawab yang harus saya penuhi untuk profesi saya. Selain itu, saya menuntut diri
saya untuk menguasai dasar-dasar ilmu keperawatan, karena ilmu itu akan sangat
berguna –minimal- bagi diri dan keluarga saya kelak. Sehingga, sejauh apapun
cita-cita saya dari dunia keperawatan, saya harus tetap menghormati pendidikan
yang saya tempuh saat ini.
Sedikit mengutip teori dari Stephen Covey,
ada 3 (tiga) unsur untuk melakukan sebuah tindakan (action), yaitu: (1) keinginan; (2) pengetahuan; dan (3) keterampilan.
Menurut saya, keinginan lah yang paling sulit dicapai. Pengetahuan bisa
dipelajari, ketrampilan bisa diasah. Tetapi keinginan? Seharusnya bisa ditumbuhkan.
Tetapi sampai saat ini dalam diri saya belum tumbuh keinginan itu.
Aktivitas saya di dunia pergerakan
mahasiswa –baik intra maupun ekstra kampus- membuat saya lebih menyukai
topik-topik kebangsaan daripada membincangkan masalah penyakit. Meskipun ada topik
kebangsaan dalam dunia kesehatan, saya belum begitu menyukai dan menguasainya.
Namun saya berharap segera bisa, karena mungkin itu adalah celah kompromi yang
bisa saya ambil.
Sebenarnya, ada satu hal dalam dunia
keperawatan yang masih ingin saya rasakan, yaitu dunia penelitian. Terutama
penelitian di bidang keperawatan kesehatan komunitas. Dengan itu saya ingin
membuat artikel-artikel tentang keperawatan yang diterbitkan di jurnal ilmiah
maupun populer, dan semoga juga bisa membuat buku tentang keperawatan. Seserpih
keinginan itu akan saya jaga agar tetap bisa bertahan di dunia keperawatan.
Selain itu saya juga menaruh harapan
besar pada pengabdian masyarakat. Karena bagi saya menjadi seorang perawat
adalah sebuah pengabdian. Hal itu kemudian membuat saya berpikir bahwa hal
pokok yang harus ditumbuhkan oleh institusi pendidikan keperawatan untuk
peserta didiknya adalah jiwa seorang pengabdi, dan itu belum saya dapatkan di
kuliah. Saya berharap setelah ini saya mendapatkannya.
Sebagai seorang aktivis dakwah saya
terdorong untuk menjadi seorang pendidik (saya sengaja tidak menyebut dosen).
Karena melalui pendidikan lah dakwah berkembang pesat. Mungkin salah satu
problem yang membuat dakwah di Unair belum begitu masif adalah sedikitnya
aktivis dakwah yang menjadi pendidik. Maksud pendidik di sini bukan berarti aktivis
dakwah harus mengejar gelar sampai profesor, melainkan bagaimana mereka
menggunakan profesi mereka sebagai seorang pendidik untuk mendapatkan akses ke
peserta didik.
Terakhir, saya juga ingin mengembangkan
jiwa kepemimpinan saya. Saya pikir keperawatan memiliki konsep yang bagus
terkait dengan leadership. Hanya saja
memang di semester-semester awal materi itu belum tersentuh sama sekali.
Implementasi di lapangannya juga belum ada. Seharusnya materi tentang leadership diterapkan di setiap proses
pembelajaran, baik di kelas maupun klinik. Semisal merapikan kembali konsep
PJMK Mahasiswa yang selama ini menjadi amanah paling dihindari oleh teman-teman.
Ya, demikianlah coretan saya kali ini. Semoga
ini menjadi peneguh komitmen saya untuk terus belajar dan konsisten dengan
pilihan yang telah saya ambil. Saya ingin memperbaiki diri saya untuk menjadi
solusi atas segala permasalahan bangsa ini.
#SalamSOLUSI! Terima kasih.
Surabaya, 26 Mei 2012
No comments:
Post a Comment