Saturday, May 26, 2012

Celah Kompromi: Antara Idealitas dan Realita


Oleh Gading Ekapuja Aurizki

Ada sebuah pikiran yang sulit hilang dalam benak saya dan itu seringkali mengganggu. Tidak hanya saat ini, namun sepanjang waktu. Sejak masuk kuliah hingga semester IV ini saya masih sering bertanya-tanya, “akan menjadi apa aku kelak?”.

Ketika orang lain sudah sibuk berpikir bagaimana mewujudkan cita-cita mereka, saya sendiri belum memiliki keyakinan yang kuat akan cita-cita saya sendiri. Jika sekedar cita-cita yang ditulis untuk menjadi sebuah coretan di kertas saya punya. Tetapi kalau cita-cita yang benar-benar saya hayati keberadaannya sebagai arah pengabdian saya nanti, saya belum memilikinya.

Pikiran seperti ini tidak sama dengan pikiran, “aku akan bekerja sebagai apa?” Pertanyaan “menjadi apa” menunjukkan keumuman masalah namun menuntut adanya fokus yang spesifik. Jika melihat bidang studi yang saya pelajari saat ini di keperawatan maka akan ada pertanyaan, “perawat seperti apa?” dan “apa saja yang bisa saya berikan setelah menjadi perawat seperti itu?”.

Itulah yang seringkali mengganjal. Pasalnya, saya sendiri masih belum bisa yakin masa depan saya di dunia keperawatan. Namun saya tidak ingin banting setir terlalu ekstrim setelah lulus, misalkan berwirausaha kuliner atau menjadi teller bank. Ada tanggung jawab yang harus saya penuhi untuk profesi saya. Selain itu, saya menuntut diri saya untuk menguasai dasar-dasar ilmu keperawatan, karena ilmu itu akan sangat berguna –minimal- bagi diri dan keluarga saya kelak. Sehingga, sejauh apapun cita-cita saya dari dunia keperawatan, saya harus tetap menghormati pendidikan yang saya tempuh saat ini.

Sedikit mengutip teori dari Stephen Covey, ada 3 (tiga) unsur untuk melakukan sebuah tindakan (action), yaitu: (1) keinginan; (2) pengetahuan; dan (3) keterampilan. Menurut saya, keinginan lah yang paling sulit dicapai. Pengetahuan bisa dipelajari, ketrampilan bisa diasah. Tetapi keinginan? Seharusnya bisa ditumbuhkan. Tetapi sampai saat ini dalam diri saya belum tumbuh keinginan itu.

Aktivitas saya di dunia pergerakan mahasiswa –baik intra maupun ekstra kampus- membuat saya lebih menyukai topik-topik kebangsaan daripada membincangkan masalah penyakit. Meskipun ada topik kebangsaan dalam dunia kesehatan, saya belum begitu menyukai dan menguasainya. Namun saya berharap segera bisa, karena mungkin itu adalah celah kompromi yang bisa saya ambil.

Sebenarnya, ada satu hal dalam dunia keperawatan yang masih ingin saya rasakan, yaitu dunia penelitian. Terutama penelitian di bidang keperawatan kesehatan komunitas. Dengan itu saya ingin membuat artikel-artikel tentang keperawatan yang diterbitkan di jurnal ilmiah maupun populer, dan semoga juga bisa membuat buku tentang keperawatan. Seserpih keinginan itu akan saya jaga agar tetap bisa bertahan di dunia keperawatan.

Selain itu saya juga menaruh harapan besar pada pengabdian masyarakat. Karena bagi saya menjadi seorang perawat adalah sebuah pengabdian. Hal itu kemudian membuat saya berpikir bahwa hal pokok yang harus ditumbuhkan oleh institusi pendidikan keperawatan untuk peserta didiknya adalah jiwa seorang pengabdi, dan itu belum saya dapatkan di kuliah. Saya berharap setelah ini saya mendapatkannya.

Sebagai seorang aktivis dakwah saya terdorong untuk menjadi seorang pendidik (saya sengaja tidak menyebut dosen). Karena melalui pendidikan lah dakwah berkembang pesat. Mungkin salah satu problem yang membuat dakwah di Unair belum begitu masif adalah sedikitnya aktivis dakwah yang menjadi pendidik. Maksud pendidik di sini bukan berarti aktivis dakwah harus mengejar gelar sampai profesor, melainkan bagaimana mereka menggunakan profesi mereka sebagai seorang pendidik untuk mendapatkan akses ke peserta didik.

Terakhir, saya juga ingin mengembangkan jiwa kepemimpinan saya. Saya pikir keperawatan memiliki konsep yang bagus terkait dengan leadership. Hanya saja memang di semester-semester awal materi itu belum tersentuh sama sekali. Implementasi di lapangannya juga belum ada. Seharusnya materi tentang leadership diterapkan di setiap proses pembelajaran, baik di kelas maupun klinik. Semisal merapikan kembali konsep PJMK Mahasiswa yang selama ini menjadi amanah paling dihindari oleh teman-teman.

Ya, demikianlah coretan saya kali ini. Semoga ini menjadi peneguh komitmen saya untuk terus belajar dan konsisten dengan pilihan yang telah saya ambil. Saya ingin memperbaiki diri saya untuk menjadi solusi atas segala permasalahan bangsa ini.

#SalamSOLUSI! Terima kasih.


Surabaya, 26 Mei 2012

No comments:

Post a Comment