Oleh Gading Ekapuja Aurizki
Rabu
4 Juli 2012 kemarin, ilmuwan Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir (CERN)
mengumumkan keberhasilannya menemukan partikel Higgs Boson. Higgs Boson adalah
partikel elementer yang telah lama dicari. Ia dipercaya memberikan massa dan
berperan dalam terbentuknya semesta. Bahkan diyakini tanpa adanya Higgs Boson,
atom takkan tercipta, ikatan kimia tak terbentuk, dan semesta pun takkan ada.
Para ilmuwan pun mengklaim bahwa mereka telah menemukan apa yang disebut dengan
PARTIKEL TUHAN.
Penemuan
partikel ini berguna mensahihkan Standar Model Fisika Partikel, terutama
menerangkan mengapa suatu partikel memiliki massa sedangkan yang lain tidak.
Diduga kuat partikel inilah yang memberikan massa kepada partikel-partikel
lainnya setelah terjadi Big Bang. Dalam teorinya, sesaat setelah terjadi big bang semua partikel belum memiliki
massa. Ketika semesta mendingin, gaya yang disebut medan Higgs terbentuk
bersama partikel Higgs Boson. Interaksi dengan Higgs Boson inilah yang
menentukan apakah suatu partikel memiliki massa atau tidak. Semakin kuat
interaksi dengan Higgs Boson maka massa akan semakin besar, pun sebaliknya,
ketika suatu partikel lolos dari pengaruh Higgs Boson maka ia bisa saja tidak
memiliki massa. Salah satu contoh partikel yang tidak memiliki massa adalah
foton cahaya.
Ditinjau
dari sudut pandang ilmu pengetahuan (science),
penemuan “partikel Tuhan” tersebut tentu sangat menggemberikan. Satu lagi kunci
untuk memahami semesta ditemukan, dan itu berarti semakin banyak
rahasia-rahasia alam yang akan terkuak. Islam sebagai agama yang paripurna,
telah memberikan ruang bagi manusia untuk memikirkan setiap kejadian dan
fenomena yang terjadi di alam semesta. Dalam salah satu surah di dalam
Al-Qur’an, Allah swt. memerintahkan manusia agar memperhatikan yang ada di
langit dan di bumi. “Katakanlah:
‘perhatikan apa yang ada di langit dan di bumi…’.” (Yunus: 101). Dan bukankah ayat pertama yang turun –Al-‘Alaq 1-5- diawali
dengan perintah membaca (iqro’)?
Di
dalam Al-Qur’an juga masif disebutkan ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan, pemikiran, akal, dan perintah untuk memperhatikan fenomena alam.
Beberapa contohnya ada di surah Ar-Ra’d ayat 4, An-Naml ayat 52, An-Nahl ayat
11, dan Ar-Ruum ayat 22. Selain itu juga banyak ditemukan ayat-ayat yang
mengungkapkan rahasia-rahasia di balik fenomena alam seperti dalam surah
An-Nisaa’ ayat 56, An-Naba’ ayat 7, dan sebagainya. Allah pun berjanji mengangkat
derajat orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan beberapa derajat.
“..Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Mujaadilah: 11)
Keberadaan
ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa agama Islam sama sekali tidak “alergi”
dengan ilmu pengetahuan sebagaimana Gereja saat zaman kegelapan (The Dark Age) beberapa abad lalu. Bahkan
Islam mewajibkan kepada individu muslim untuk berpikir dan belajar, serta
menjadikan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari kepribadian mereka.
“Katakanlah,
‘Samakah orang yang berilmu, dan orang tiada berilmu?’. Sesungguhnya orang
berakalah yang dapat menerima pelajaran.” (Az-Zumar: 9)
Namun
dalam berpengetahuan, seorang muslim harus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai
Islam. Salah satunya adalah meyakini bahwa di balik seluruh kejadian di alam
semesta tak satupun luput dari kuasa Allah swt. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia
bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang
akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah
Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”
(Yunus: 3)
Yang menjadi masalah adalah ketika ilmu pengetahuan itu dijadikan
“ilah” untuk menandingi Allah. Oleh
para ilmuwan, keberadaan Biggs Boson dianggap sebagai faktor utama terbentuknya
alam semesta. Dikatakan, tanpanya alam semesta beserta isinya takkan terbentuk.
Sampai-sampai partikel tersebut dinamai partikel Tuhan. Pernyataan seperti ini sangat
membahayakan aqidah umat Islam, karena didalamnya berisi penafikan terhadap
andil Allah dalam penciptaan alam semesta. Sekali lagi yang menjadi masalah bukan
penemuan partikelnya, melainkan penyikapan atas fenomena yang mereka temukan
itu.
Dengan menyatakan tanpa adanya partikel Tuhan membuat alam semesta
tidak terbentuk merupakan asumsi yang sembrono. Mengapa? Karena secara empiris semesta
ini ada dan telah terbentuk. Itu berarti segala kemungkinan yang mengarah pada
peniadaan alam semesta tak dapat dibuktikan. Jikalau memang partikel Biggs
Boson tersebut mempengaruhi pembentukan alam semesta, ia hanyalah salah satu
faktor saja. Tak mungkin partikel Biggs Boson memiliki kehendak, oleh karena
itu pasti ada sesuatu yang memberinya kekuatan sehingga memiliki kemampuan
seperti itu. Tak mungkin juga Biggs Boson muncul secara kebetulan (coincidence). Sebuah struktur yang
kompleks mustahil bisa muncul secara kebetulan, kecuali ada andil dari sesuatu
yang memiliki kekuatan maha besar.
“Kamu
tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur'an
dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu
di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun
sebesar dzarah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil
dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam
kitab yang nyata (Lauhul mahfuz).” (Yunus: 61)
Untuk itu, sebagai seorang yang beriman, kita harus meyakini
dibalik berbagai fenomena alam selalu ada andil Allah swt. Tidak akan ada yang
terjadi tanpa keterlibatan-Nya.
“Katakanlah:
‘Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang
benderang, apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat
menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut
pandangan mereka?’ Katakanlah: ‘Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan
Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa’.” (Ar-Ra’d:
16)
Wallahua’lam
bishshawab. []
No comments:
Post a Comment