Sunday, May 20, 2012

Fisiologi Kebangkitan: Sebuah Rumusan Proses Menuju Kebangkitan


Oleh Gading Ekapuja Aurizki*

Pernahkah Anda berpikir bagaimana caranya bangkit dari duduk? Jika belum, cobalah praktikan sekarang juga, dan amati.

Dimulai ketika Anda menginginkan untuk berdiri [1]. Otak mengolah pesan tersebut, yang selanjutnya dihantarkan ke seluruh tubuh melalui saraf. Pesan itu merupakan arahan/perintah bagi seluruh organ agar sama-sama mempersiapkan diri untuk melakukan gerakan [2]. Berat tubuh yang semula bertumpu pada pantat dipindahkan ke kaki [3]. Setelah itu beberapa organ gerak berkoordinasi menghimpun kekuatan untuk mempersiapkan gerakan, terutama otot kaki yang menjadi tumpuan utama untuk bangkit [4]. Sehingga saat “hentakan” dilakukan, kaki bisa menahan tubuh tetap seimbang [5]. Saat itulah tubuh kita dikatakan BANGKIT dari duduk.

Dari fenomena ini saya bisa merumuskan beberapa step kebangkitan:

[1].    Inisiasi
[2].   Internalisasi-visi
[3].   Migrasi
[4].   Konsolidasi
[5].   Eksekusi

Mengacu pada fisiologi kebangkitan di atas, sebuah usaha bisa disebut kebangkitan ketika sudah memasuki tahap eksekusi. Ketika segalanya telah siap, dan tinggal menanti “hentakan” terakhir itulah yang dimaksud kebangkitan. Sedangkan proses-proses sebelumnya lebih cocok disebut persiapan menuju kebangkitan.

Namun yang sering kita jumpai selama ini, kebangkitan dianggap sebagai titik awal sebuah perubahan (insiasi). Hal itu membuat ada pihak yang “menjual” istilah kebangkitan –maupun bangkit- sebagai propaganda tanpa sebelumnya melakukan kerja nyata. Istilah kebangkitan hanya digunakan sebagai jargon-jargon kosong yang tidak ada progres ke depannya.

Pun dengan dipilihnya tanggal 20 Mei 1908 atau kelahiran Budi Utomo sebagai hari kebangkitan nasional –terlepas dari berbagai konflik dan kontroversi atas penisbatannya kepada mereka- adalah baru memasuki tahap inisiasi. Untuk alasan mengapa tanggal 20 Mei dipilih sebagai hari kebangkitan nasional, kita tidak perlu sibuk membahasnya karena bukan hal yang esensial. Yang pasti, inisiasi yang dilakukan oleh pendiri Budi Utomo berhasil menhantarkan bangsa Indonesia pada puncak eksekusi kebangkitan, yaitu Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945.

Inisiasi kebangkitan dimulai dari keresahan mendalam terhadap suatu kondisi masyarakat yang dinilai jauh dari nilai-nilai ideal. Sampai pada akhirnya ada beberapa orang yang berpikir tentang fenomena tersebut dan kemudian berniat untuk melakukan perbaikan. Jika dalam sirah nabawiyah, tahap ini merupakan tahapan ketika Rasulullah saw. berkhalwat di gua hira, menerima wahyu kenabian dan kerasulan, sampai dakwah secara sembunyi-sembunyi di kalangan terbatas.

Sedangkan tahapan internalisasi ini dimulai ketika ide-ide hasil inisiasi disebarluaskan kepada khalayak luas. Saya tidak menyebutnya sosialisasi karena sosialisasi hanyalah salah satu tahapan untuk internalisasi. Sebelum melakukan internalisasi-visi kepada para pendukung kebangkitan pastilah ada sosialisasinya. Hal ini saya temui ketika berkunjung ke Semarang beberapa minggu lalu. Dalam seminar bertajuk konsolidasi ke-Indonesia-an, Gerakan Beli Indonesia yang diinisiasi Pak Heppy Trenggono berusaha diinternalisasikan kepada peserta seminar. Gerakan seperti ini mulai banyak berkembang sekarang.

Tahap internalisasi visi ini juga dilalui oleh Rasulullah saw. yaitu ketika membina keimanan para sahabat pada periode Makkah selama 13 tahun. Saat itu belum turun ayat-ayat yang mengatur syariat. Wahyu yang turun pada periode Makkah lebih banyak berbicara tentang tauhid dan aqidah. Inilah yang dimaksud internalisasi-visi.

Tahap selanjutnya, yaitu migrasi, yang merupakan tahap pemindahan tumpuan. Bahasa populernya adalah hijrah. Jika dikaitkan dengan konteks sekarang mungkin adalah regenerasi kepemimpinan dari generasi tua ke generasi yang lebih muda. Saya sepakat dengan Taufik Kiemas yang menghimbau kepada tokoh-tokoh tua untuk tidak mencalonkan diri sebagai presiden. Tokoh tertua yang naik menjadi presiden adalah BJ Habibie. Beliau menggantikan Soeharto pada usia 62 tahun. Sedangkan presiden termuda adalah Ir. Soekarno, yang dilantik saat beliau masih berusia 44 tahun.

Setelah pemindahan tumpuan dilakukan, perlu adanya penguatan-penguatan. Pada tahap konsolidasi hal itu dilakukan. Kekuatan-kekuatan yang ada dikumpulkan untuk disinergikan visi-misinya. Beberapa sektor dikuatkan, disiplin dijalankan, dan beberapa aturan disepakati.

Setelah hijrah, Rasulullah saw. melakukan penguatan pilar-pilar kenegaraan. Beliau mendirikan masjid, mempersaudarakan antara Anshar dan Muhajirin, memperkuat angkatan perang, menjalin perjanjian dengan Yahudi dan Nashrani Madinah lewat Piagam Madinah, dan lain sebagainya. Pada fase inilah konsolidasi kebangkitan dilakukan.

Yang terakhir adalah tahapan eksekusi. Inilah wujud kebangkitan yang sesungguhnya. Fase ini sama dengan ketika seorang penembak menekan pelatuknya dan pemanah melepaskan anak panahnya. Jadi kebangkitan ibarat pukulan terakhir dari sekian proses yang telah dipersiapkan. Dari kacamata pergerakan, gerakan kebangkitan Islam dimulai setelah hijrah. Namun dari kacamata perkembangan Islam secara global, kebangkitan itu dimulai ketika kemenangan menaklukkan Makkah dalam peristiwa Fathu Makkah. Setelah itulah Islam berkembang pesat dan tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Lantas, di tahap yang mana Indonesia berada saat ini? Menurut saya pribadi, Indonesia masih di tahap internalisasi-visi. Itu dikarenakan kita masih sering kehilangan arah dalam menjalankan fungsi negara. Dasar-dasar negara mulai kembali dibedah, proses ideologisasi sedang diusahakan, sedangkan proses pergantian kepemimpinan belum dilakukan. Sehingga kesimpulannya, kita masih berada di tahap internalisasi-visi.

Kebangkitan Indonesia memang masih jauh dari angan. Namun itu bukanlah alasan bagi kita untuk menyerah. Jika kebangkitan itu masih jauh, maka tugas kita adalah berusaha mendekatinya sedekat mungkin. Sehingga generasi penerus kita kelak bisa meneruskan perjuangan kita mewujudkan kebangkitan Indonesia yang sebenar-benarnya. Bukan jargon omong kosong belaka. Semoga!


*Penulis adalah Ketua Pengurus Komisariat KAMMI Airlangga 2012-2013

No comments:

Post a Comment