Sunday, May 6, 2012

Jaket Ikhwah Gaul: Kualitas Sebuah Karya

Sudah sebulan lebih saya tidak mengunjungi grup Forum Ikhwah Gaul (FIG). Saking lamanya, list grup FIG sudah tidak muncul lagi di Home, sehingga harus membuka list grup secara lengkap. Entah mengapa kemarin malam ada keinginan untuk menyapa rekan-rekan IGers kembali. Selain kangen, juga ada keinginan mengenang perjuangan awal-awal didirikannya IG sekitar 2 tahun lalu.

Baru masuk forum, tiba-tiba sudah disuguhi wall yang berisi pujian. Bukan pujian untuk saya sih, tetapi pujian untuk Jaket Ikhwah Gaul, hehehe. Kurang lebih pujiannya seperti ini, "Sampai saat ini belum ada yg menandingi kerennya jaket Ikhwah Gaul."

Saya bersyukur ketika karya yang saya buat itu dihargai oleh orang lain. Kreator-kreator lain juga pasti merasakan hal yang sama ketika dalam posisi saya. Pengakuan dan penghargaan terhadap sebuah karya akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi pembuatnya. Apalagi Jaket Ikhwah Gaul ini sudah me-Nasional. Alhamdulillah, mulai logo hingga tulisan punggung Ikhwah Gaul dengan corak Palestine telah menjadi identitas bagi kawan-kawan IGers se-Nusantara.

Namun semua bukan murni kerja saya saja. Saya hanya mendesain, setelah itu kerja keras teman-teman lah yang menentukan. Mereka berpeluh mempromosikannya, repot mengurus pembuatannya, ribet mengatur keuangan, dan sibuk meladeni para pembeli. Tujuannya satu, mengenalkan Ikhwah Gaul kepada generasi muslim Indonesia. Semua perjuangan mereka patut diapresiasi.

Dari sana kemudian saya belajar bahwa kesuksesan diraih tak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam proses penjualan jaket IG, sering terjadi timbul masalah, bahkan sampai menjurus konflik pun pernah. Tetapi alhamdulillah, endurance atau ketahanan teman-teman pengurus untuk menyelesaikan masalah demi masalah begitu kuat. Bahkan, justru itulah yang menjadi faktor penentu keberhasilan. Salut untuk kalian!

Saya juga berterima kasih kepada teman-teman IG se-Nusantara yang ikut menggunakan, mempromosikan, dan membanggakan jaket IG. Tanpa mereka, mungkin karya saya tidak akan ada artinya. Kualitas barang memang penting, tetapi tak kalah penting bagaimana kita memasarkannya. Kita sering melihat ada barang bagus tapi tak laku. Itu karena marketingnya yang kurang sip. Jujur saja, pada bagian ini saya terbantu dengan jaringan IG yang cukup luas.

Kualitas Sebuah Karya

Jaket IG memang menjadi fenomena. Setelah meledak di pasaran, nampang di Sarasehan Nasional FSLDK UGM 2011, dipromosikan para punggawa FIMADANI.com, dan muncul di mana-mana (sampai pada titik di mana saya bertemu pengguna Jaket IG tapi tidak mengenalnya dan dia tidak tahu kalau jaket itu bikinan saya), tanpa saya prediksi sebelumnya ada yang mulai meniru desain Jaket IG (baca: plagiat). Untuk kasus ini, saya tidak akan mempermasalahkannya. Karena semua orang tahu, mana yang asli mana yang palsu. Mana yang hasil inisiasi, mana yang tiru-tiru.

Kebetulan ketika saya masuk ke grup FIG yang muncul tidak hanya pujian, tetapi ada juga foto yang memperlihatkan punggawa sebuah LDK mengenakan jaket yang mirip Jaket IG. Bedanya, logo di dada sebelah kiri bukan logo IG, tetapi logo LDK ybs. dan corak putih di dada lebih lebar mirip seperti Jaket IG kloter 1 namun warna dominannya persis Jaket IG kloter 2. Sekitar setahun lalu juga pernah menemui fenomena serupa. Gambar desain jaket IG diadopsi sebuah LDK yang lain. Bedanya, yang ini lebih kreatif. Ada beberapa modifikasi di bagian dada, dan warnanya diubah menjadi biru tua. Saya sangat mengenal desain yang saya buat, sehingga ketika ada desain yang mirip saya hanya bisa manggut-manggut maklum.

Menurut pandangan saya, fenomena plagiasi seperti ini muncul karena 3 (tiga) hal: (1) rendahnya kreatifitas pelaku; (2) daya tarik karya yang ditiru; dan (3) gabungan dari keduanya. Meski tidak tahu fenomena di atas muncul karena alasan yang mana, tetapi saya bisa menarik kesimpulan bahwa karya yang berkualitas akan selalu mengundang orang untuk memplagiasinya.

Meskipun orang tidak mengaku melakukan plagiasi, melainkan dijadikan inspirasi, tetap kelihatan kalau karya tersebut tidak orisinal. Tidak hanya masalah bentuk, ruh yang dibawa juga berbeda. Sehingga kita perlu menegaskan pada diri kita masing-masih, dalam berkarya kita harus memiliki karakter. Karakter itulah yang mempengaruhi kualitas karya kita. Orang bisa saja meniru karya kita, tetapi mereka tidak akan bisa meniru karakter yang tersirat dalam karya itu.

Di akhir tulisan ini saya mengajak rekan-rekan pemuda muslim untuk terus berpikir kreatif menghasilkan karya-karya yang berguna bagi agama, bangsa, dan dunia. Di mana pun kalian berada, di bidang apapun kalian berjuang, entah di dunia wirausaha, cyber fighter, mahasiswa, bahkan PNS sekalipun, yakinlah dengan kreatifitas yang kita miliki kita bisa unggul daripada bangsa lain. Jangan pernah berpikir menjadi peniru, karena peniru tidak akan pernah lebih baik daripada yang ditiru. Dan peniru tidak akan pernah dikenang zaman.

"…Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tiada harganya. Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia akan tetap tinggal di bumi..." (QS Ar-Ra’d [13]:17)



Surabaya, 6 Mei 2012
Menjelang Shubuh di Kontrakan


Lampiran foto-foto IGers memakai jaket IG
Deklarasi Ikhwah Gaul Juli 2011


Di depan Asrama Haji Madiun pasca Deklarasi


Rakernas I Markas Pusat Magetan


Walimatul 'Ursy Vatih vs. Tarie Markas Pusat Magetan

3 comments:

  1. masih belum bisa memiliki jaket itu...
    boleh buat design lagi untuk komisariat

    ReplyDelete
  2. yang orisinil bukannya cuma milik Alloh SWT akh ? Kita semua adalah Plagiatnya karya-karya Alloh. Jaket IG-pun pasti terinspirasi dari karya-karya sebelumnya.

    "Didunia ini tidak ada yang original. Kalau Anda mengaku karya anda Original, berarti Anda Tuhan. Yang ada adalah karya kita adalah karya yang Otentik" -Sujiwo Tejo-

    Sebuah tadabur kita terhadap nikmat Alloh yang menginspirasi

    ReplyDelete