Thursday, July 19, 2012

“Ayo Perbaiki Diri untuk Menyambut Bonus Demografi!”

Oleh Gading Ekapuja Aurizki*

Pada tahun 2030 di Indonesia akan terjadi fenomena “Bonus Demografi”. Pada saat itu, dependency ratio (rasio ketergantungan) penduduk usia non-produktif pada penduduk usia produktif di angka yang cukup rendah. Karena pada saat itu peningkatan jumlah penduduk usia produktif bertepatan dengan penurunan jumlah penduduk usia non-produktif. Artinya jumlah penduduk usia produktif sedang banyak-banyaknya, dan jumlah penduduk non-produktif sedang sedikit-sedikitinya.

Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2012 kemarin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Mohammad Nuh mencanangkan target Golden Generartion 2045 dalam menyambut 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Optimisme Prof. Nuh itu tidak lain disebabkan karena sepuluh tahun sebelumnya Indonesia tengah mengalami bonus demografi.

Banyak kalangan menilai bahwa fenomena Bonus Demografi adalah titik tolak Indonesia untuk bangkit. Karena dengan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) produktif maksimal, pembangunan di berbagai sektor bisa digenjot, terutama di sektor ekonomi. Namun masih ada yang mengganjal dalam menyambut momen bonus demografi itu. Yakni kualitas sumber daya yang akan mengisi pos-pos strategis pada tahun 2030 mendatang.

Terhitung mulai tahun 2012, puncak bonus demografi pada tahun 2030 akan terjadi ±18 tahun lagi. Jika diasumsikan puncak karir seseorang itu berada pada usia 35-45 tahun, maka penggerak utama berbagai sektor strategis pada tahun 2030 saat ini berusia antara 17-27 tahun, dan kita –mahasiswa- termasuk di dalamnya. Namun, apa yang sudah kita persiapkan untuk menyongsong peluang emas itu?

Tidak bisa dipungkiri, generasi muda saat ini masih akrab dengan seks bebas, narkoba, anarkisme, apatisme, dan hedonisme. Belum lagi masalah keterpecahbelahan antar kelompok pemuda dan masalah lain yang semuanya hanya akan membuyarkan proyeksi kebangkitan Indonesia pada momen bonus demografi. Logikanya, jika jumlah penduduk usia produktif yang melimpah dibarengi dengan kualitas yang juga tinggi, kebangkitan akan terjadi. Pun sebaliknya, jika penduduk usia produktif yang melimpah memiliki kualitas rendah, bukan tidak mungkin Indonesia justru semakin terpuruk.

Untuk itu, mari bersama-sama memperbaiki kualitas diri dengan mengikuti berbagai program pembinaan. Baik yang diselenggarakan oleh organisasi kampus maupun lembaga di luar kampus. Kita kuliah tidak hanya untuk kesejahteraan diri saja, namun untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Karena di sela-sela biaya kuliah yang begitu mahal, ada subsidi dari masyarakat miskin yang membuat kita membayar murah. Mereka mengharapkan kita, kawan.. Untuk itu berikanlah yang terbaik di masa kuliahmu.

Demi terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.
[]gea


*) Ketua Umum Komisariat KAMMI Airlangga 2012-2013

No comments:

Post a Comment