Materi oleh. Dr.
Arief Munandar
Ringkasan oleh. Gading Ekapuja
Aurizki (NIP 0604756)
Di Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS),
rangkaian “ritual” atau seremoni mulai dari pembacaan tilawah, menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya, Mars PPSDMS, Idealisme Kami, hingga Hymne PPSDMS
merupakan bagian penting dari pembinaan. Bahkan ia masuk ke dalam sistem. Untuk
itulah sebelum National Leadership Camp digelar, peserta PPSDMS wajib hafal
hymne dan mars PPSDMS.
Seremoni tersebut adalah proses internalisasi ala PPSDMS yang dirancang untuk
menanamkan nilai-nilai kepada peserta. Itu sebabnya banyak orang mengaku
merinding ataupun terharu meski sudah berkali-kali mengikutinya. Nilai-nilai
luhur yang masuk ke relung jiwa, ketika dihayati akan menyentil sisi sensitif
manusia. Sehingga terkadang mereka sampai menitikkan air mata haru. Atau paling
tidak mendorong mereka untuk melakukan perenungan mendalam terhadap nilai-nilai
yang terus menerus diikrarkan.
Namun di balik itu, yang namanya sistem tetaplah
sistem. Ia hanya sebuah tools alias
alat/sarana, bukan faktor utama. Semuanya akan kembali ke individu
masing-masing. Apakah ia mau menginternalisasi nilai yang diberikan, atau mengabaikannya.
Dan itu tergantung pola pikir individu per-individu. Karena pola pikir inilah
yang nantinya akan mendorong perilaku seseorang. Dan ujungnya, perilaku akan
menunjukkan siapa sebenarnya orang itu, pemimpin yang sebenarnya ataukah
pemimpin sekedar gelarnya.
Paradigma
PPSDMS sebagai institusi pencetak generasi pemimpin
masa depan (future leaders), mengharapkan
peserta PPSDMS memiliki self leadership
yang kuat. Bukan sekedar pencetak mahasiswa berprestasi. Karena prestasi di
kampus hanyalah salah satu indikator saja. Akan percuma gelar akademis atau
indeks prestasi tinggi, akan percuma titel jabatan organisasi di kampus, akan
percuma pengalaman exchange ke luar
negeri, jika itu semua tanpa dibarengi dengan kemampuan untuk
mentransformasikan kondisi masyarakat menjadi lebih baik.
Selain itu, diharapkan peserta PPSDMS menjadi
seorang aktivis dakwah atau da’i.
Da’i yang memberi apa yang dia miliki kepada orang lain. Tidak ada waktu untuk
bermain-main. Seorang da’i memiliki prinsip bahwa dirinya bisa beristirahat
ketika menginjakkan kaki di syurga. Persis seperti jawaban Imam Ahmad ketika
ditanya tentang waktu istirahatnya.
Tidak cukup menjadi aktivis dakwah saja, peserta
PPSDMS juga harus memiliki pribadi yang kuat. Kuat di sini beragam, mulai dari
kuat fisik, kuat pemikiran, hingga kuat mental. Seorang peserta PPSDMS
mengetahui secara pasti apa yang dilakukannya. Mereka melakukan sesuatu bukan
karena orang lain, tetapi melakukan sesuatu karena harus dipertanggung jawabkan
kepada Allah swt. Dengan memiliki pribadi yang kuat, peserta PPSDMS akan bisa
survive ketika terjun ke masyarakat. Terutama ketika berada di lingkungan yang
plural.
Tidak pantas seorang peserta PPSDMS bersikap
eksklusif. Karena orang yang ekslusif bukanlah seorang aktivis dakwah,
melainkan aktivis yang hanya bisa mengamankan dirinya sendiri. Karena pada
dasarnya yang disebut dakwah adalah tabligh
–menyampaikan-. Dan jika masih ada peserta yang eksklusif, berarti mereka
terjebak pada apa yang disebut inferiority
complex.
Peserta PPSDMS hendaknya tidak “melulu” berkutat di
dunia dakwah syiar (rohis atau SKI). Bukan karena dakwah syiar tidak penting,
tetapi karena sudah banyak orang yang terkonsentrasi di sana. Peserta PPSDMS
harus berani keluar dari zona nyamannya, mencari “penghidupan” di belantara
dunia yang majemuk dan plural seperti sosial politik kampus.
Allah berfirman:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (TQS Ali Imran [3]: 110)
Ayat ini bukanlah ayat yang membicarakan takdir kita
sebagai seorang muslim. Ayat ini membicarakan perintah. Dan wajib hukumnya bagi
kita untuk melaksanakan perintah itu.
Bagaimana kita bisa mengamalkan itu jika diri kita
masih eksklusif? Seorang muslim –khususnya peserta PPSDMS- harus memiliki daya
saing yang kuat. Kompetensinya teruji, jiwa kompetisinya terasah, terutama
ketika dihadapkan kepada orang-orang non-muslim. Ketika kemenangan itu mereka
raih, saat itu juga gelar khairu ummah pantas mereka sandang. Dan saat ini kita
sedang berusaha mewujudkannya.
Problematika
Ada dua kunci untuk memenangkan Islam, yakni
kekuatan dan keshalihan yang terhimpun menjadi satu. Namun yang menjadi
permasalahan utama sekarang adalah banyak orang shalih yang lemah. Dan banyak pula
orang kuat namun fasik/tidak shalih, sehingga bisa menjadi musuh bagi dakwah
Islam.
Jika harus memilih satu di antara dua, –tanpa
meninggalkan prinsip syara’- kekuatan lah yang didahulukan. Salah satu alasan
mengapa Islam bisa tegak di Madinah adalah karena saat itu Islam memiliki
pribadi-pribadi yang kuat. Sebelum Islam datang pun Rasulullah saw., Abu Bakar,
Umar bin Khattab dan sahabat lain adalah orang-orang terpandang yang memiliki
kekuatan atau pengaruh. “Tanpa Al-Qur’an,
pedang (kekuasaan) bisa tegak (dengan menjadi sistem kufur). Namun tanpa
pedang, Al-Qur’an tidak akan bisa tegak (dan nilai-nilainya hanya akan tersimpan di
dalam lembaran mushaf tanpa diimplementasikan).” Namun demikian yang utama,
dua-duanya harus terhimpun bersama secara sempurna.
Dengan adanya PPSDMS, diharapkan permasalahan itu
bisa terselesaikan. Stok orang kuat yang shalih bisa terpenuhi. Karena PPSDMS
adalah institusi pembinaan pemimpin masa depan yang Islami, memiliki basis
pengetahuan yang mengakar, moderat, dan mau berjuang untuk kepentingan bangsa
dan negara.
Penutup
Allah berfirman:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (TQS Ali Imran [3]: 104)
Perjuangan hanya diusung oleh sebagian orang, tidak
semuanya. Allah mengetahui porsi kesanggupan manusia untuk mengemban risalah
dakwah yang begitu berat. Tidak mungkin semua orang di dunia mau dan mampu
memikul beban dakwah. Sehingga tepat kalau Allah menurunkan ayat ini. Untuk itu
kita –peserta PPSDMS- harus memilih: menjadi satu dari sedikit orang yang
bergabung di barisan dakwah, atau menjadi satu dari banyak orang yang berada di
luar barisan dakwah. Dan kita harus memilih salah satunya. Tidak ada pilihan setengah-setengah.
Ambil semuanya atau tinggalkan!
Wallahua’lam
bishshawab… []gea
No comments:
Post a Comment