Friday, July 20, 2012

Transformasi Paradigma Peserta PPSDMS

Materi oleh. Dr. Arief Munandar 
Ringkasan oleh. Gading Ekapuja Aurizki (NIP 0604756)

Di Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS), rangkaian “ritual” atau seremoni mulai dari pembacaan tilawah, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Mars PPSDMS, Idealisme Kami, hingga Hymne PPSDMS merupakan bagian penting dari pembinaan. Bahkan ia masuk ke dalam sistem. Untuk itulah sebelum National Leadership Camp digelar, peserta PPSDMS wajib hafal hymne dan mars PPSDMS.

Seremoni tersebut adalah proses internalisasi ala PPSDMS yang dirancang untuk menanamkan nilai-nilai kepada peserta. Itu sebabnya banyak orang mengaku merinding ataupun terharu meski sudah berkali-kali mengikutinya. Nilai-nilai luhur yang masuk ke relung jiwa, ketika dihayati akan menyentil sisi sensitif manusia. Sehingga terkadang mereka sampai menitikkan air mata haru. Atau paling tidak mendorong mereka untuk melakukan perenungan mendalam terhadap nilai-nilai yang terus menerus diikrarkan.

Namun di balik itu, yang namanya sistem tetaplah sistem. Ia hanya sebuah tools alias alat/sarana, bukan faktor utama. Semuanya akan kembali ke individu masing-masing. Apakah ia mau menginternalisasi nilai yang diberikan, atau mengabaikannya. Dan itu tergantung pola pikir individu per-individu. Karena pola pikir inilah yang nantinya akan mendorong perilaku seseorang. Dan ujungnya, perilaku akan menunjukkan siapa sebenarnya orang itu, pemimpin yang sebenarnya ataukah pemimpin sekedar gelarnya.

Paradigma

PPSDMS sebagai institusi pencetak generasi pemimpin masa depan (future leaders), mengharapkan peserta PPSDMS memiliki self leadership yang kuat. Bukan sekedar pencetak mahasiswa berprestasi. Karena prestasi di kampus hanyalah salah satu indikator saja. Akan percuma gelar akademis atau indeks prestasi tinggi, akan percuma titel jabatan organisasi di kampus, akan percuma pengalaman exchange ke luar negeri, jika itu semua tanpa dibarengi dengan kemampuan untuk mentransformasikan kondisi masyarakat menjadi lebih baik.

Selain itu, diharapkan peserta PPSDMS menjadi seorang aktivis dakwah atau da’i. Da’i yang memberi apa yang dia miliki kepada orang lain. Tidak ada waktu untuk bermain-main. Seorang da’i memiliki prinsip bahwa dirinya bisa beristirahat ketika menginjakkan kaki di syurga. Persis seperti jawaban Imam Ahmad ketika ditanya tentang waktu istirahatnya.

Tidak cukup menjadi aktivis dakwah saja, peserta PPSDMS juga harus memiliki pribadi yang kuat. Kuat di sini beragam, mulai dari kuat fisik, kuat pemikiran, hingga kuat mental. Seorang peserta PPSDMS mengetahui secara pasti apa yang dilakukannya. Mereka melakukan sesuatu bukan karena orang lain, tetapi melakukan sesuatu karena harus dipertanggung jawabkan kepada Allah swt. Dengan memiliki pribadi yang kuat, peserta PPSDMS akan bisa survive ketika terjun ke masyarakat. Terutama ketika berada di lingkungan yang plural.

Tidak pantas seorang peserta PPSDMS bersikap eksklusif. Karena orang yang ekslusif bukanlah seorang aktivis dakwah, melainkan aktivis yang hanya bisa mengamankan dirinya sendiri. Karena pada dasarnya yang disebut dakwah adalah tabligh –menyampaikan-. Dan jika masih ada peserta yang eksklusif, berarti mereka terjebak pada apa yang disebut inferiority complex.

Peserta PPSDMS hendaknya tidak “melulu” berkutat di dunia dakwah syiar (rohis atau SKI). Bukan karena dakwah syiar tidak penting, tetapi karena sudah banyak orang yang terkonsentrasi di sana. Peserta PPSDMS harus berani keluar dari zona nyamannya, mencari “penghidupan” di belantara dunia yang majemuk dan plural seperti sosial politik kampus.

Allah berfirman:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (TQS Ali Imran [3]: 110)
Ayat ini bukanlah ayat yang membicarakan takdir kita sebagai seorang muslim. Ayat ini membicarakan perintah. Dan wajib hukumnya bagi kita untuk melaksanakan perintah itu.

Bagaimana kita bisa mengamalkan itu jika diri kita masih eksklusif? Seorang muslim –khususnya peserta PPSDMS- harus memiliki daya saing yang kuat. Kompetensinya teruji, jiwa kompetisinya terasah, terutama ketika dihadapkan kepada orang-orang non-muslim. Ketika kemenangan itu mereka raih, saat itu juga gelar khairu ummah pantas mereka sandang. Dan saat ini kita sedang berusaha mewujudkannya.

Problematika

Ada dua kunci untuk memenangkan Islam, yakni kekuatan dan keshalihan yang terhimpun menjadi satu. Namun yang menjadi permasalahan utama sekarang adalah banyak orang shalih yang lemah. Dan banyak pula orang kuat namun fasik/tidak shalih, sehingga bisa menjadi musuh bagi dakwah Islam.

Jika harus memilih satu di antara dua, –tanpa meninggalkan prinsip syara’- kekuatan lah yang didahulukan. Salah satu alasan mengapa Islam bisa tegak di Madinah adalah karena saat itu Islam memiliki pribadi-pribadi yang kuat. Sebelum Islam datang pun Rasulullah saw., Abu Bakar, Umar bin Khattab dan sahabat lain adalah orang-orang terpandang yang memiliki kekuatan atau pengaruh. “Tanpa Al-Qur’an, pedang (kekuasaan) bisa tegak (dengan menjadi sistem kufur). Namun tanpa pedang, Al-Qur’an tidak akan bisa tegak (dan nilai-nilainya hanya akan tersimpan di dalam lembaran mushaf tanpa diimplementasikan).” Namun demikian yang utama, dua-duanya harus terhimpun bersama secara sempurna.

Dengan adanya PPSDMS, diharapkan permasalahan itu bisa terselesaikan. Stok orang kuat yang shalih bisa terpenuhi. Karena PPSDMS adalah institusi pembinaan pemimpin masa depan yang Islami, memiliki basis pengetahuan yang mengakar, moderat, dan mau berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara.

Penutup

Allah berfirman:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (TQS Ali Imran [3]: 104)
Perjuangan hanya diusung oleh sebagian orang, tidak semuanya. Allah mengetahui porsi kesanggupan manusia untuk mengemban risalah dakwah yang begitu berat. Tidak mungkin semua orang di dunia mau dan mampu memikul beban dakwah. Sehingga tepat kalau Allah menurunkan ayat ini. Untuk itu kita –peserta PPSDMS- harus memilih: menjadi satu dari sedikit orang yang bergabung di barisan dakwah, atau menjadi satu dari banyak orang yang berada di luar barisan dakwah. Dan kita harus memilih salah satunya. Tidak ada pilihan setengah-setengah. Ambil semuanya atau tinggalkan!

Wallahua’lam bishshawab… []gea

No comments:

Post a Comment