Alhamdulillah, bersyukur dari Sekolah Peradaban Kammi Daerah Surabaya
bisa pulang membawa ilmu. Sesi pertama ada materi tentang advokasi dari
Bu Reni Astuti, anggota legislatif DPRD Surabaya. Lalu di sesi kedua
ada "debat" dua kubu pro-kontra dengan keberadaan pasar modern yang
membuat pasar tradisional dan toko kelontong kehilangan pasarnya.
Dari forum tadi saya baru menyadari bahwa modernisasi membawa dampak yang begitu besar bagi kehidupan sosial masyarakat. Modernisasi memang menjanjikan efisiensi, dengan produktifitas tinggi. Namun perubahan menuju modernisasi juga banyak memakan korban, khususnya bagi penyedia jasa.
Hal ini bisa ditinjau dari perbedaan alur pendistribusian barang pasar modern dengan toko kelontong. Semakin pendek pintu yang harus dilewati sebuah produk dari produsen ke konsumen, maka akan semakin sedikit tenaga kerja yang terlibat. Dampaknya, akan banyak orang kehilangan pekerjaannya. Dulu sebelum adanya Handphone, kita pergi ke wartel jika perlu menelpon seseorang. Tapi setelah adanya HP, wartel2 gulung tikar.
Kemajuan teknologi memang mensyaratkan penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin. Hal itulah yang mengakibatkan munculnya pengangguran. Kita lihat bisnis jasa yang saat ini eksis, misal fotocopy-an, di tengah derasnya serbuan teknologi printer yang sekaligus bisa digunakan untuk fotocopy, berapa lama ia akan bertahan? Begitu pun dengan warnet dan tenaga jasa lainnya.
Yang perlu kita sadari adalah bahwa apa yang terjadi hari ini tidak terjadi begitu saja. Selalu ada proses yang membuatnya menjadi seperti itu. Kita hidup dengan mencatatkan sejarah yang akan dibaca oleh anak cucu kita kelak. Maka dari itu hiduplah dengan akal sehat (common sense) dan kesadaran (conciousness), agar kita tidak semakin memperparah kerusakan di dunia ini.
Sekian!
Ditulis dalam sekali duduk,
Jum'at, 15 Februari 2013
Gading Ekapuja Aurizki
Dari forum tadi saya baru menyadari bahwa modernisasi membawa dampak yang begitu besar bagi kehidupan sosial masyarakat. Modernisasi memang menjanjikan efisiensi, dengan produktifitas tinggi. Namun perubahan menuju modernisasi juga banyak memakan korban, khususnya bagi penyedia jasa.
Hal ini bisa ditinjau dari perbedaan alur pendistribusian barang pasar modern dengan toko kelontong. Semakin pendek pintu yang harus dilewati sebuah produk dari produsen ke konsumen, maka akan semakin sedikit tenaga kerja yang terlibat. Dampaknya, akan banyak orang kehilangan pekerjaannya. Dulu sebelum adanya Handphone, kita pergi ke wartel jika perlu menelpon seseorang. Tapi setelah adanya HP, wartel2 gulung tikar.
Kemajuan teknologi memang mensyaratkan penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin. Hal itulah yang mengakibatkan munculnya pengangguran. Kita lihat bisnis jasa yang saat ini eksis, misal fotocopy-an, di tengah derasnya serbuan teknologi printer yang sekaligus bisa digunakan untuk fotocopy, berapa lama ia akan bertahan? Begitu pun dengan warnet dan tenaga jasa lainnya.
Yang perlu kita sadari adalah bahwa apa yang terjadi hari ini tidak terjadi begitu saja. Selalu ada proses yang membuatnya menjadi seperti itu. Kita hidup dengan mencatatkan sejarah yang akan dibaca oleh anak cucu kita kelak. Maka dari itu hiduplah dengan akal sehat (common sense) dan kesadaran (conciousness), agar kita tidak semakin memperparah kerusakan di dunia ini.
Sekian!
Ditulis dalam sekali duduk,
Jum'at, 15 Februari 2013
Gading Ekapuja Aurizki
No comments:
Post a Comment